Rabu, 28 Januari 2015

Kendalikan Resiko Komplikasi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus sudah terkenal sebagai penyakit yang harus di waspadai akan mengundang komplikasi. Menyembuhkan satu penyakit eh, malah timbul penyakti lainnya. Yuk, kita ikuti cara untuk mengendalikan resiko komplikasi diabetes melitus yang diberikan oleh dr Fatimah Eliana, Sp.PD berikut.

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik yang diakibatkan oleh gangguan sekresi insulin. Produksi insulin di dalam tubuh tidak maksimal, sehingga mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia).

Insulin adalah hormon yang dikeluarkan oleh pankreas untuk membantu menjaga kadar gula darah dalam kisaran normal. Pada keadaan normal insulin dihasilkan oleh kelenjar pankreas setelah makan. Pada penderita diabetes melitus tipe I terjadi gangguan sekresi insulin akibat kerusakan sel beta pankreas. Hal ini berbeda dengan keadaan pada penderita diabetes melitus tipe 2 yang pada awalnya terjadi peningkatan sekresi insulin, namun insulin tersebut tidak dapat dipergunakan oleh reseptor insulin yang terdapat di sel otot dan sel lemak. Bila keadaan ini berlangsung secara terus menerus akan mengakibatkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas. Jika dibiarkan, kondisi seperti ini akan mengganggu sekresi insulin yang lama kelamaan semakin berkurang.

Tanda Awal
Gejala utama yang sering dikeluhkan oleh penderita diabetes melitus adalah seringnya buang air kecil (BAK), terutama pada malam hari (poliuria), dan terus menerus merasa haus (polidipsia) dan lapar (polifagia). Keluhan lain yang juga sering disampaikan oleh penderita diabetes melitus adalah rasa gatal, terutama di daerah lipat paha dan sela sela jari.  Terjadi penurunan berat badan, mudah lelah, kesemutan dan baal di tangan dan kaki. Terjadi gangguan penglihatan dan kemungkinan penurunan kemampuan seksual.

Menurut dr. Fatimah Eliana, Sp.PD, KEMD, FINASIM, penderita diabetes melitus dengan gula darah yang tidak dikendalikan dengan baik, atau dalam bahasa laboratorium menyatakan HbA1c-nya selalu tinggi (lebih dari/di atas 7%), memiliki risiko tinggi pada terjadinya komplikasi yang cukup berat. “Bahkan bisa berujung pada kondisi komplikasi yang sangat tidak diharapkan,” kata dokter spesialis penyakit dalam, sekaligus konsultan endokrin metabolik dan diabetes mellitus yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Kemayoran.

Diabetes melitus atau juga dikenal sebagai penyakit kencing manis ini bisa dipicu oleh adanya faktor genetik (bawaan lahir), berasal dari keluarga yang menderita diabetes melitus. “Selain itu, kegemukan (obesitas), pola makan yang tidak sehat, dan malas berolahraga, juga merupakan faktor pemicu terjadinya diabetes melitus,” ujar dr. Eliana.

Dari sudut pandang proses terjadinya (faktor penyebab), diabetes melitus dibagi ke dalam 4 (empat)  kelompok, atau disebut dengan kelompok diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes melitus gestasional (diabetes melitus pada kehamilan), dan diabetes melitus tipe lainnya. diabetes melitus tipe 1, umumnya terjadi akibat infeksi virus atau  adanya kerusakan pada kromosom, dan mengakibatkan kerusakan pada pankreas yang bersifat permanen.

“diabetes melitus tipe 2, dikategorikan sebagai penyakit diabetes karena faktor endogen; genetik, atau eksogen; pola hidup yang tidak sehat,” ungkapnya.

Diabetes melitus gestasional, terjadi karena adanya resistensi insulin. “Jadi mirip dengan diabetes melitus tipe 2, hanya saja diabetes melitus gestasional adalah diabetes melitus yang terjadi pada wanita hamil,” sebutnya, seraya menambahkan, bahwa yang disebut dengan diabetes melitus tipe lainnya adalah kondisi diabetes melitus dengan komplikasi penyakit lain seperti tumor otak (hipofisis), gangguan pada kelenjar anak ginjal (adrenal), penyakit hati, dan seterusnya.

Pengobatan diabetes melitus
Masih seperti kata dr. Eliana, tatalaksana pengobatan pada diabetes melitus tipe 1, harus diberikan insulin karena kelenjar pankreasnya sudah tidak dapat lagi menghasilkan insulin. Pada diabetes melitus tipe 2, diberikan edukasi untuk diet dan olahraga yang teratur. Bila gula darah masih tidak terkontrol, segera diberikan obat diabetes. Pada keadaan gula darah yang sangat tinggi (HbA1c lebih dari 9), atau pasien sedang dalam keadaan infeksi berat atau hendak menjalani operasi, maka harus segera diberikan insulin.
Pada diabetes melitus gestational, umumnya diberikan edukasi diet lebih dahulu. Namun, bila gula darah masih tinggi harus segera diberikan insulin, karena relatif paling aman untuk janin. Pengaturan gula darah untuk wanita hamil harus
lebih ketat, karena pada keadaan gula darah yang tidak terkontrol dapat memicu terjadinya komplikasi pada janin maupun ibunya, seperti kelahiran prematur, berat badan bayi yang besar,hidramnion dan cacat bawaan.

Pada diabetes melitus tipe lain, maka yang paling utama adalah mengatasi penyebabnya terlebih dahulu. Misal, melakukan operasi pengangkatan tumor pada tumor hipofisis atau adrenal.

Risiko pada  diabetes melitus
Penting untuk diketahui, diabetes melitus dapat menimbulkan komplikasi pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati), pembuluh darah besar (makroangiopati) dan gangguan syaraf (neuropati).

Mikroangiopati dapat menyebabkan kerusakan organ mata (retinopati) sehingga mengakibatkan gangguan penglihatan dan ginjal (nefropati), yang mengakibatkan terjadinya kebocoran ginjal, dan protein dapat keluar melalui urin. Hal ini dapat mengakibatkan bengkak pada kaki, bahkan  pada seluruh tubuh, hingga terjadi gagal ginjal.  Makroangiopati dapat menyebabkan kerusakan jantung dan pembuluh darah, sehingga memicu terjadinya jantung koroner, gagal jantung, sumbatan pada pembuluh darah di kaki. Bahkan, dapat mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah otak (stroke).

Neuropati dapat menyebabkan kerusakan pada syaraf tepi sehingga pasien mengalami penurunan sensasi nyeri, namun sebaliknya sering disertai dengan keluhan rasa panas atau kesemutan terutama pada kaki. Neuropati juga dapat terjadi pada syaraf otonom, dan me ngakibatkan gangguan pada saluran pencernaan seperti mudah kenyang atau kembung, gangguan
pada saluran kencing sehingga buang air kecil (BAK) tidak lampias, dan gangguan pada jantung dan pembuluh darah sehingga timbul keluhan pusing bila berdiri terlalu lama, karena tekanan darahnya menurun (hipotensi ortostatik).

Risiko Psikologis
Pasien yang menderita diabetes melitus dapat me ngalami gangguan kejiwaan, seperti depresi atau cemas. Keadaan ini dapat disebabkan karena mendapat informasi yang tidak akurat, ketidaktahuan mengenai penyakit, atau persepsi yang salah sehingga terjadi kekhawatiran yang berlebihan. Bila tidak segera diatasi, hal ini dapat berdampak pada kondisi gula darah dan tekanan darahnya yang menjadi tidak terkontrol, dan menjadi penyebab terjadinya berbagai komplikasi
yang dapat berakibat fatal.

Karena itulah, mewaspadai atau menerapkan pola dan perilaku kesehatan yang baik, utamanya pada penderita diabetes melitus, merupakan hal mutlak agar bisa terhindar dari kemungkinan timbulnya risiko-risiko komplikasi yang tidak diharapkan. Salah satunya adalah dengan mengendalikan gula darah sesuai target dengan menerapkan 3 pilar utama terapi diabetes melitus, yaitu diet, olahraga, dan obat-obatan bila diperlukan. Namun, perlu diperhatikan juga tekanan darah, kolesterol dan trigliserida, yang juga harus selalu terkendali.

Tiga pilar utama terapi diabetes melitus; diet, olahraga, terapi obat bila diperlukan telah terbukti efektif dalam mengendalikan gula darah dan terhindar dari risiko-risiko yang tidak diharapkan.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)