Kamis, 28 Mei 2015

Tips Menjaga Fungsi Ginjal Manusia

Tahukah anda, bahwa fungsi ginjal manusia sangat vital bagi kesehatan tubuh. Ginjal yang sehat akan memiliki kemampauan untuk menyaring dan membersihkan sisa hasil metabolisme yang tidak terpakai di dalam tubuh. Ginjal juga berfungsi sebagai penghasil tiga hormon penting; erythropoietin, renin, dan bentuk aktif vitamin D. Itu sebabnya, menjaga kualitas dan fungsinya adalah amat sangat penting.

Anda memiliki dua buah ginjal, posisinya berada di sisi kiri dan kanan pinggang anda. Satu organ ginjal memiliki satu juta glomerulus sebagai filter untuk menyaring darah. Jika dua ginjal, berarti ada sekitar 2 juta glomerulus sebagai unit fungsional terkecil yang ada pada ginjal.

Pada praktiknya, darah manusia melewati ginjal sebanyak 350 kali setiap harinya. Tiap menit, 1 sampai 2 liter darah mengalir ke ginjal untuk disaring dan dibersihkan, serta keluarlah sisa hasil metabolisme tubuh yang tidak diperlukan seperti ureum, kreatinin, asam urat, dan toksin lainnya. Zat­zat yang tidak dibutuhkan dan berpotensi menjadi racun itu dibuang / disalurkan ke luar melalui urin.

Fungsi penting lainnya dari ginjal adalah mengatur keseimbangan air dan elektrolit di dalam tubuh, serta menjaga keseimbangan asam basa. “Sebagai organ yang sangat pintar, ginjal juga memiliki kemampuan untuk menahan atau menyerap kembali zat­zat yang diperlukan oleh tubuh,” timpalnya seraya menambahkan, selain mengubah segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuh menjadi air dan terbuang bersama urin, organ ini juga berfungsi sebagai penghasil tiga hormon penting, yaitu erythropoietin, renin, dan bentuk aktif vitamin D. Langkah selanjutnya, organ ini pula yang mengatur sintesis hormon erythropoietin yang berperan dalam pembentukan sel darah merah.

Gangguan Struktural dan Fungsi Ginjal
Oleh karena itu, dengan fungsinya yang demikian luar biasa, kualitas dan kesehatan ginjal harus senantiasa terjaga. Karena, jika fungsi ginjal terganggu maka kemampuannya pun akan terganggu, atau dikenal sebagai gagal ginjal. Namun, seperti kata dr. Djoko, saat ini tidak lagi memakai istilah gagal ginjal, tetapi disesuaikan dengan sebutan dalam bahasa Inggris: acute kidney injury (gangguan ginjal akut­GGA) dan chronic kidney disease (penyakit ginjal kronik­PGK).

Dikatakan chronic kidney disease bila ada gangguan struktural atau fungsi dari ginjal yang sudah berlangsung lebih dari tiga bulan. Dengan kata lain, ginjal masih berfungsi secara normal, tetapi ada darah atau protein yang menetap di dalam urin selama kurang lebih 3 bulan, misalnya. “Jadi, walaupun fungsinya masih normal, tetapi sudah masuk dalam kategori penyakit ginjal kronik,” sebutnya.

Penyebab gangguan struktural atau fungsi dari ginjal ada bermacam-­macam. 4 diantaranya adalah :

  1. Ada kelainan pada tekanan darah. Sebut saja tekanan darah tinggi (hipertensi) yang tidak terkendali.
  2. Diabetes melitus (kencing manis).
  3. Peradangan pada glomerulus atau glomerulonephritis.
  4. Bisa karena penyakit batu saluran kemih, infeksi berulang pada saluran kemih, dan peradangan berulang di saluran kemih. 

Selebihnya, obesitas, penyakit bawaan, penyakit autoimun seperti lupus, hingga banyak mengkonsumsi obat­obatan yang bersifat nefrotoksik yang diminum selama bertahun­tahun, dan mempunyai efek samping terhadap ginjal. Obat-­obat tersebut sebagian besar umumnya adalah obat penghilang nyeri, obat sakit sendi yang dijual secara bebas.

Gejala Samar Pada Ginjal
Persoalannya, kata dokter spesialis penyakit dalam yang berpraktik di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading ini, gangguan atau adanya kelainan pada ginjal umumnya tidak memperlihatkan gejala awal. “Gejala awalnya sangat samar. Ketika ginjal masih berfungsi, meski hanya sekitar 20% pasien tidak merasakan gejala apa­apa,” ungkapnya.

Gejala, umumnya baru terasa ketika penyakit sudah lanjut. Biasanya terlihat seperti letih, lesu, tekanan darah tinggi meningkat, pucat karena kurang darah, mual, lemas, kemungkinan kejang­kejang, bahkan sampai tidak sadar. “Itu merupakan gejala akhir (stadium 5). Ya, terminologi pada PGK ada lima tahapan; terbagi mulai stadium 1 sampai stadium 5, yang dihitung berdasarkan laju filtrasi glomerulus (LFG). Jika hitungan laju filtrasinya kurang dari 15cc per menit, maka dikatakan sudah masuk pada tahap lima (stadium 5). Pasien telah mengalami gagal ginjal dan memerlukan terapi pengganti berupa hemodialysis (cuci darah), atau menerapkan alternatif lainnya; transplantasi ginjal.

Deteksi Dini Gangguan Ginjal
Pada PGK stadium 1, pasien terlihat sehat. Kreatinin dan urin normal, karena organ ginjal masih berfungsi 100%. Namun hasil tes urin menunjukkan ada darah yang tidak diketahui sebab-­sebabnya. Ada protein di dalam urin yang menetap lebih dari tiga bulan. “Nah ini harus diwaspadai. Karena, bisa dimasukkan dalam kategori stadium 1 PGK. Di sinilah peran penting dari deteksi dini,” urainya. Terutama pada mereka yang telah memiliki tekanan darah tinggi, kencing manis dan sebagainya. Di sisi lain, tentu mengingat gejala PGK yang baru terlihat ketika fungsi ginjal telah menurun drastis hingga di bawah 20%.

“Caranya sangat mudah, hanya sedikit meluangkan waktu untuk check up (tes urin) dan memastikan apakah organ ginjal telah terkena dampaknya atau belum, sehingga berbagai antisipasi bisa segera dilakukan,” terangnya. Perlu dipahami, belum ada obat ginjal secara khusus.

Yang bisa dilakukan adalah mengendalikan hal-­hal yang bisa memperburuk fungsi ginjal. Ambil satu contoh, hipertensi yang tidak diobati akan menjadi penyebab terjadinya ginjal kronik, dan berakhir di atas mesin cuci darah. Karena itulah, pada pasien PGK yang memiliki hipertensi, maka tekanan darah tingginya harus dikendalikan atau diobati terlebih dahulu.

Kalau menderita diabetes, kadar gulanya dikendalikan. Bila sudah terjadi tekanan darah tinggi (hipertensi) dan gula darah yang tinggi (diabetes melitus), pasien harus berobat secara terus menerus. Minum obat secara rutin. Bukan cuma untuk satu dua minggu, tetapi long life, seumur hidup. Dan, tentu saja harus melakukan check up berkala, termasuk tes urin. Jadi, sayangilah ginjal Anda dengan secara dini memeriksakan urin.

sumber: dr. Djoko W, Sp.PD-KGH (RSMK KG)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)