Selasa, 19 Mei 2015

Penyembuh Penyakit Batu Ginjal

Batu ginjal berasal dari potongan bahan padat yang terbentuk ketika zat yang secara normal larut dalam urin ­potongan namun memiliki konsentrasi yang cukup tinggi, menumpuk dan berubah menjadi bahan padat. Bahan padat tersebut sering terbentuk dari kalsium, oksalat, dan fosfat. Pada awalnya, ukuran batu ginjal memang hanya dalam skala milimeter atau batu kecil saja. Namun jika dibiarkan –tidak terdeteksi— batu kecil tersebut memiliki kemungkinan menjadi besar dan menyebabkan rasa sakit ketika turun ke ureter dan keluar bersama urin.

Penyakit Batu Ginjal Hampir Tanpa Gejala

Batu di dalam ginjal jarang menimbulkan keluhan (asimtomatik). Bahkan hingga batu semakin membesar pun tidak selalu menimbulkan keluhan. Menurut dr. Bobby Hery Yudhanto, Sp.U, sebenarnya tidak ada hubungan antara buang air kecil dengan penyakit batu ginjal. Bahkan ginjal sampai rusak pun buang air kecil tidak akan terasa sakit, dan produksi urin tetap banyak. Namun, ketika sampai pada stadium penyakit ginjal kronis, baru akan tampak keluhan. Biasanya terlihat pada berkurangnya produksi urin, atau adanya keluhan mual dan muntah. “Jarang sekali pasien yang menyadari telah terkena penyakit batu ginjal. Oleh karena itu, diperlukan prosedur ultrasonografi (USG) sebagai deteksi dini, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga dengan penyakit batu ginjal,” kata urolog yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Keluarga (RSMK) Waru ini. Pada umumnya, penyakit batu ginjal merupakan warisan keluarga. Selain itu, karena bakat bawaan, gangguan metabolisme kalsium tubuh, dan asam urat yang tinggi (berpotensi menciptakan batu asam urat). Tak heran jika batu kecil dalam ginjal ditemukan ketika pasien menjalani tes pencitraan (X-ray, CT scan, atau USG) untuk alasan yang sebenarnya tidak terkait dengan masalah ginjal.

Deteksi Dini Batu Ginjal


Hingga saat ini, satu satunya deteksi dini paling sederhana dan efektif adalah dengan USG, terutama bagi mereka yang memiliki riwayat batu ginjal, atau tubuhnya memiliki bakat menghasilkan batu, maka harus sering kontrol. “Minimal USG, atau melakukan check up fungsi ginjal setiap enam bulan sekali. Ya, kata dr. Bobby, antisipasi paling mudah dan cepat adalah melakukan pemeriksaan diagnostik dengan USG dan urinalisa. Kecurigaan adanya batu di saluran kemih juga bisa dilihat dari hasil urinalisa, dimana terdapat kristal, sel-sel epitel, eritrosit, dan leukosit. Terutama ketika ada keluhan sakit pinggang yang berulang, misalnya, sehingga bisa segera diketahui penyebabnya; apakah ada saraf terjepit otot tulang punggung, atau karena benar ada batu ginjal. “Melalui hasil USG akan segera diketahui penyebabnya,“ sebutnya. Jika dicurigai ada batu, maka perlu dilakukan rontgen atau CT Scan untuk mengetahui keberadaan, jenis, dan yang paling penting; ukuran batu. Dari situlah akan dipertimbangkan apakah perlu dilakukan tindakan yang disebut dengan ESWL (extracorporeal shock wave lithotripsy) atau tidak. “Dengan CT­ Urografi dapat diketahui ukuran, posisi, dan fungsi ginjal secara sekaligus,” tambahnya. Ketika batu masih berukuran sangat kecil bisa dilakukan tindakan konservatif dengan terapi oral dan memperbanyak konsumsi air putih dengan harapan batu akan keluar dengan sendirinya. Namun, jika ukuran batunya sebesar kacang kedelai, biasanya akan sulit untuk keluar dan harus dengan tindakan.

ESWL

Penyakit batu ginjal bisa berada di salah satu ginjal atau pada kedua ginjal. Batu di ginjal tidak bikin sakit, tapi bukan berarti tidak ada penyakit batu ginjal. Ada macam­macam jenis batu, antara lain batu kalsium, batu asam urat dan jenis batu lainnya. Masih seperti kata dr. Bobby, pada ESWL generasi terbaru, pelaksanaannya lebih mudah dan dapat menghancurkan batu secara lebih baik dengan efek samping kerusakan jaringan yang lebih rendah. Terdapat teknologi auto focus yang mana alat ESWL akan mencari sendiri fokus dan kedalaman batu, sehingga posisi dan ketepatan penembakan menjadi lebih baik

Evaluasi

Beberapa hal yang patut diwaspadai pasca ESWL adalah perdarahan (hematom) perirenal dan nyeri. Pecahan batu yang turun ke ureter dapat menyumbat dan menimbulkan nyeri. Oleh karena itu pasien dianjurkan untuk memperbanyak konsumsi air putih. Lakukan juga olahraga, terutama lompat­lompat. Hal ini untuk mempermudah turunnya batu bersama urin. Sementara, hematuri (kencing darah) yang timbul pasca ESWL biasanya tidak berbahaya dan hanya berlangsung 1­2x. Evaluasi pasca tindakan ESWL dilakukan 1 minggu pasca tindakan dengan foto BOF atau USG urologi.

ESWL adalah terapi tanpa operasi/bedah untuk penghancuran batu ginjal dengan menggunakan gelombang kejut (shock wave). ESWL merupakan tindakan minimal invasive yang ditujukan untuk memecah batu saluran kemih dengan bantuan alat (lithotripter) untuk memancarkan gelombang ultrasonic, elektrohidrolik atau sinar laser dari luar tubuh. Prinsipnya, gelombang kejut melalui lithotripter itu akan memecah batu menjadi ukuran kecil­kecil sehingga diharapkan dapat keluar dengan sendirinya bersama air kemih.

Penatalaksanaan
“Metode ini tidak memerlukan tindakan operasi, hanya cukup mendekatkan lithotripter pada permukaan tubuh sesuai dengan lokasi batu, kemudian gelombang dihantarkan selama 30­60 menit,” tambah dr. Bobby. Bisa tanpa bius atau bius lokal (optional) tergantung letak dan jenis batunya. Monitoring durante dan pasca ESWL dilakukan dengan X­ray atau USG, sehingga semua jenis batu bisa ditembak dengan ESWL, meskipun non radio opague seperti batu asam urat. “Jika bayangan batu sudah terlihat, barulah dilakukan getaran dari luar tubuh,” jelasnya. Sebelum melakukan tindakan ESWL, pasien harus melalui serangkaian pemeriksaan laboratorium, mulai dari tes darah, urin, fungsi ginjal, jenis batu, hingga kesiapan fisik. Yang pasti, kata dr. Bobby, pertimbangan untuk melakukan tindakan ESWL adalah, apabila ditemukan batu dengan diameter >5mm dan <20mm, tidak ada obstruksi pada distal batu dan tidak ada infeksi (urosepsis).

Jika ukuran batu ginjalnya besar, tindakan ESWL dapat dilakukan dua sampai tiga kali. Namun, dapat dilakukan kapan saja setelah semua pemeriksaan selesai dan pasien dinyatakan telah memenuhi kriteria. ESWL bisa dilakukan pada batu ginjal, batu ureter sisi proximal dan batu ureter sisi distal, dan dapat dilakukan tanpa persiapan khusus seperti puasa.

Artikel terkait: Penyakit Ginjal Kronik

Keunggulan dan Kelemahan
Sebagai tindakan yang memanfaatkan gelombang kejut dengan frekuensi 3000­3500 getaran dari luar tubuh, ESWL tidak diperkenankan dilakukan pada wanita hamil, pasien koagulopati (gangguan pembekuan darah), penderita hipertensi tak terkontrol (resisten), obstruksi saluran kemih di distal batu, penderita penyakit ginjal kronis, maupun adanya infeksi aktif. Keunggulannya, ESWL merupakan tindakan minimal invasif (tanpa bedah), sehingga pasien tidak perlu rawat inap. Tingkat keberhasilannya sangat tinggi – mencapai 100% untuk ESWL pada batu ginjal berukuran <10mm— dengan nyeri minimal meski tanpa perlu anastesi.

dr. Bobby Hery Yudhanto, Sp.U

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)