Organ ginjal memiliki peran penting dalam membuang limbah dan racun dari dalam tubuh. Racun tersebut dikeluarkan dengan cara menyaring darah. Pada orang yang telah terkena penyakit ginjal kronis, kemampuan ini tidak lagi berfungsi, sehingga dapat mempengaruhi seluruh sistem organ utama tubuh.
Penyakit ginjal kronik (PGK) disebut juga chronic kidney disease (CKD). Ketika seseorang mengalami penyakit ginjal kronis, ginjalnya akan rusak secara perlahan selama periode waktu tertentu hingga tidak lagi dapat melakukan fungsi normalnya.
Penurunan fungsi ginjal secara perlahanlahan dan tidak bisa kembali normal adalah gejala penyakit ginjal kronik (PGK). PGK dapat disebabkan oleh hipertensi, diabetes, obesitas, serta faktor genetik. Termasuk penyakit infeksi saluran kemih berulang, batu ginjal dan saluran kemih, serta radang penyakit ginjal dan penyakit lupus.
Tahapan Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
Penyakit ginjal kronis diklasifikasikan ke dalam lima tahap. Pada tahap 1 dan 2 tidak muncul gejala yang jelas. Bahkan memiliki kemungkinan tanpa gejala sama sekali hingga ke tahap 4. Pada tahap 1 dan 2, ginjal masih mungkin berfungsi dan bekerja dengan baik hingga tersisa hanya 20% kemampuan fungsionalnya. Pada tahap 3 PGK, biasanya pasien mulai mengalami anemia. Satu kondisi yang menggambarkan bahwa tubuh tidak lagi memproduksi sel darah merah yang mencukupi. Nah, ketika PGK berada di tahap 4 hingga 5, maka pasien sudah masuk dalam daftar tunggu untuk melakukan transplantasi ginjal. Disebut telah memasuki tahap (stadium) 5, ketika organ ginjal benar-benar sudah tidak lagi berfungsi.
Nah, sambil menunggu prosedur transplantasi organ ginjal –yang tidak mungkin bisa segera dilakukan-- pasien harus menjalani terapi pengganti, dengan melakukan terapi dialisis, yaitu hemodialisis (cuci darah) atau continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), yang harus dilakukan secara rutin.
“Sesuai dengan namanya; terapi pengganti ginjal, maka organ ginjalnya harus diganti dengan ginjal yang sehat. Atau, untuk sementara (namun bisa seumur hidup), fungsinya harus digantikan oleh mesin. Pilihannya ada dua; yaitu melakukan terapi HD (hemodialisis), atau CAPD,” kata dr. Candra Wibowo, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Kemayoran.
Penyakit Ginjal Kronik Bisa Dicegah
Penyakit ginjal kronis sebenarnya dapat dicegah dengan hanya mempertahankan gaya hidup sehat. Karena penyakit ginjal kronis adalah penyakit progresif, perkembangannya dapat diperlambat melalui deteksi dini, terapi pengobatan, dan menjalani gaya hidup sehat.
Prinsip utamanya adalah memahami penyebab penyakit ginjal kronis yang umumnya terpicu oleh adanya penyakit hipertensi, diabetes melitus, asam urat, hingga adanya riwayat penyakit keluarga, gangguan kekebalan tubuh seperti lupus, atau infeksi ginjal yang disertai dengan batu ginjal, dan seterusnya.
Setelah mengetahui sumber penyebabnya, sudah pasti hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan screening sebagai deteksi dini pada fungsi ginjal. Tidak sungkan untuk melakukan pemeriksaan urin, tekanan darah, dan kadar gula dalam darah, serta USG, sehingga ketika terlihat adanya gangguan atau adanya tanda positif pada penurunan fungsi ginjal, bisa segera diantisipasi.
Pada penderita hipertensi, misalnya, maka penyakit hipertensinya diobati terlebih dahulu. Dikontrol dan dikendalikan tekanan darah tingginya. Penderita diabetes, asam urat, juga sama. Kontrol dan senantiasa menjaga ambang batas normal merupakan jalan yang terbaik. Selain itu, tentu saja harus ditunjang dengan melakukan olahraga secara teratur dan terukur serta menerapkan pola hidup sehat; tidak merokok, tidak minum alkohol, dan memperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah.
Penyakit ginjal kronik (PGK) disebut juga chronic kidney disease (CKD). Ketika seseorang mengalami penyakit ginjal kronis, ginjalnya akan rusak secara perlahan selama periode waktu tertentu hingga tidak lagi dapat melakukan fungsi normalnya.
Penurunan fungsi ginjal secara perlahanlahan dan tidak bisa kembali normal adalah gejala penyakit ginjal kronik (PGK). PGK dapat disebabkan oleh hipertensi, diabetes, obesitas, serta faktor genetik. Termasuk penyakit infeksi saluran kemih berulang, batu ginjal dan saluran kemih, serta radang penyakit ginjal dan penyakit lupus.
Tahapan Penyakit Ginjal Kronik (PGK)
Penyakit ginjal kronis diklasifikasikan ke dalam lima tahap. Pada tahap 1 dan 2 tidak muncul gejala yang jelas. Bahkan memiliki kemungkinan tanpa gejala sama sekali hingga ke tahap 4. Pada tahap 1 dan 2, ginjal masih mungkin berfungsi dan bekerja dengan baik hingga tersisa hanya 20% kemampuan fungsionalnya. Pada tahap 3 PGK, biasanya pasien mulai mengalami anemia. Satu kondisi yang menggambarkan bahwa tubuh tidak lagi memproduksi sel darah merah yang mencukupi. Nah, ketika PGK berada di tahap 4 hingga 5, maka pasien sudah masuk dalam daftar tunggu untuk melakukan transplantasi ginjal. Disebut telah memasuki tahap (stadium) 5, ketika organ ginjal benar-benar sudah tidak lagi berfungsi.
Nah, sambil menunggu prosedur transplantasi organ ginjal –yang tidak mungkin bisa segera dilakukan-- pasien harus menjalani terapi pengganti, dengan melakukan terapi dialisis, yaitu hemodialisis (cuci darah) atau continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD), yang harus dilakukan secara rutin.
“Sesuai dengan namanya; terapi pengganti ginjal, maka organ ginjalnya harus diganti dengan ginjal yang sehat. Atau, untuk sementara (namun bisa seumur hidup), fungsinya harus digantikan oleh mesin. Pilihannya ada dua; yaitu melakukan terapi HD (hemodialisis), atau CAPD,” kata dr. Candra Wibowo, Sp.PD, dokter spesialis penyakit dalam yang berpraktik di Rumah Sakit Mitra Kemayoran.
Penyakit Ginjal Kronik Bisa Dicegah
Penyakit ginjal kronis sebenarnya dapat dicegah dengan hanya mempertahankan gaya hidup sehat. Karena penyakit ginjal kronis adalah penyakit progresif, perkembangannya dapat diperlambat melalui deteksi dini, terapi pengobatan, dan menjalani gaya hidup sehat.
Prinsip utamanya adalah memahami penyebab penyakit ginjal kronis yang umumnya terpicu oleh adanya penyakit hipertensi, diabetes melitus, asam urat, hingga adanya riwayat penyakit keluarga, gangguan kekebalan tubuh seperti lupus, atau infeksi ginjal yang disertai dengan batu ginjal, dan seterusnya.
Setelah mengetahui sumber penyebabnya, sudah pasti hal penting yang harus dilakukan adalah melakukan screening sebagai deteksi dini pada fungsi ginjal. Tidak sungkan untuk melakukan pemeriksaan urin, tekanan darah, dan kadar gula dalam darah, serta USG, sehingga ketika terlihat adanya gangguan atau adanya tanda positif pada penurunan fungsi ginjal, bisa segera diantisipasi.
Pada penderita hipertensi, misalnya, maka penyakit hipertensinya diobati terlebih dahulu. Dikontrol dan dikendalikan tekanan darah tingginya. Penderita diabetes, asam urat, juga sama. Kontrol dan senantiasa menjaga ambang batas normal merupakan jalan yang terbaik. Selain itu, tentu saja harus ditunjang dengan melakukan olahraga secara teratur dan terukur serta menerapkan pola hidup sehat; tidak merokok, tidak minum alkohol, dan memperbanyak mengkonsumsi sayur dan buah.
sumber: dr. Djoko Wibisono, Sp.PD-KGH (RSMK Kelapa Gading)
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)