Bertambahnya usia akan diiringi dengan munculnya berbagai masalah kesehatan, mulai dari menurunnya daya tahan tubuh, hingga munculnya gangguan metabolisme. Masalah kesehatan pada manusia lanjut usia (lansia), secara umum disebabkan karena menurunnya fungsi organ tubuh, sehingga aktivitas dan metabolisme dalam tubuh ikut menurun. Sebagai suatu proses alamiah, fenomena di atas juga diikuti dengan kebutuhan energi dan kapasitas pencernaan yang juga menurun. Alhasil, tak heran jika banyak lansia yang mengalami malnutrisi, seperti obesitas/kegemukan, berat badan kurang, dan kekurangan vitamin. Beberapa sumber referensi menyebutkan, peristiwa menurunnya kebutuhan energi dan kapasitas pencernaan dimulai saat manusia memasuki usia 50 tahun. Karena itulah, dianjurkan mengurangi asupan kalori, namun kebutuhan sebagian besar nutrisi tetap sama.
Malnutrisi
Kegemukan pada lansia timbul karena kebiasaan makan banyak pada usia muda, yang tidak dikurangi ketika memasuki masa usia lanjut. Padahal, kebutuhan energi dan aktivitasnya telah jauh berkurang. Berat badan kurang pada lansia disebabkan karena minimnya asupan akibat berkurangnya napsu makan, adanya gangguan penyakit, faktor kejiwaan, atau karena masalah sosial ekonomi. Kekurangan vitamin pada lansia, biasanya terjadi karena minimnya asupan buah dan sayuran. Kondisi ini dapat menyebabkan lansia kurang napsu makan, cepat pikun, daya tahan tubuh menurun, kulit tampak kering, dan terlihat lesu.
Masalah Gizi
Penurunan fisik, psikis, dan metabolisme pada lansia merupakan faktor utama timbulnya masalah gizi. Penurunan faktor fisik dapat diamati pada kurangnya kemampuan mencerna makanan. Salah satunya akibat kerusakan gigi, atau ompong. Berkurangnya kualitas indera pengecapan menurunkan cita rasa manis, asin, asam, dan pahit, sehingga mengakibatkan napsu makan berkurang. Kurangnya gerakan usus atau gerak peristaltik lemah juga dapat menimbulkan konstipasi, dan kurangnya penyerapan makanan di usus. Faktor psikis, biasanya muncul karena merasa kesepian dan merasa tidak diperhatikan sehingga mempengaruhi napsu makan. Kompleksitas dari masalah asupan karena berkurangnya napsu makan inilah yang mengakibatkan terjadinya malnutrisi, dan memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner, anemia, penyakit ginjal, darah tinggi, stroke, dan gangguan metabolik seperti diabetes yang memerlukan pengaturan gizi secara khusus
Pertanyaannya kemudian adalah, apa yang harus dilakukan dalam mengantisipasinya? Menurut dr. Lany Dewi Wijono, M Gizi, Sp.GK langkah utama dalam mengantisipasi masalah kesehatan pada lansia adalah memahami fenomena kebutuhan energi seiring dengan penurunan kualitas fisik maupun psikis dari lansia itu sendiri. Setelah itu, lanjut dokter spesialis gizi klinik yang berpraktik di RS Mitra Kemayoran ini, barulah dapat ditentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi asupan lansia. Kemudian, tetapkan cara untuk mengatasinya. “Tetapkan kebutuhan energi per individu. Tentukan jumlah, jenis, dan bentuk makanan yang sesuai dengan kemampuan lansia. Dan yang cukup penting, ajak lansia untuk melakukan sosialisasi dengan orang yang sebaya sehingga tidak merasa kesepian,” ungkapnya.
Diet Seimbang
Diet pada lansia, adalah diet yang sesuai diberikan untuk lansia. Merupakan diet seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan energi, protein, dan lemak yang lebih rendah. “Diet lansia harus dimulai sesegera mungkin,” ingatnya, seraya menambahkan, lakukan juga assesment gizi secara berkala, dengan mengukur dan menimbang berat badan secara rutin.
Hal yang sangat penting diperhatikan pada diet lansia adalah jumlah, jenis, dan bentuk asupan yang harus sesuai untuk lansia. Jumlah makanan yang diberikan jangan terlalu banyak. Untuk jenis makanan, perlu dibatasi pemakaian garam, gula, dan minyak pada makanan. Atau hindari makanan manis, asin, dan berminyak. “Jangan lupa, jadwal makan juga sangat penting bagi lansia,” jelasnya
Jadi pemenuhan gizi dan nitrisi yang seimbang merupakan kunci utama menuju lansia sehat.
Malnutrisi
Kegemukan pada lansia timbul karena kebiasaan makan banyak pada usia muda, yang tidak dikurangi ketika memasuki masa usia lanjut. Padahal, kebutuhan energi dan aktivitasnya telah jauh berkurang. Berat badan kurang pada lansia disebabkan karena minimnya asupan akibat berkurangnya napsu makan, adanya gangguan penyakit, faktor kejiwaan, atau karena masalah sosial ekonomi. Kekurangan vitamin pada lansia, biasanya terjadi karena minimnya asupan buah dan sayuran. Kondisi ini dapat menyebabkan lansia kurang napsu makan, cepat pikun, daya tahan tubuh menurun, kulit tampak kering, dan terlihat lesu.
Masalah Gizi
Penurunan fisik, psikis, dan metabolisme pada lansia merupakan faktor utama timbulnya masalah gizi. Penurunan faktor fisik dapat diamati pada kurangnya kemampuan mencerna makanan. Salah satunya akibat kerusakan gigi, atau ompong. Berkurangnya kualitas indera pengecapan menurunkan cita rasa manis, asin, asam, dan pahit, sehingga mengakibatkan napsu makan berkurang. Kurangnya gerakan usus atau gerak peristaltik lemah juga dapat menimbulkan konstipasi, dan kurangnya penyerapan makanan di usus. Faktor psikis, biasanya muncul karena merasa kesepian dan merasa tidak diperhatikan sehingga mempengaruhi napsu makan. Kompleksitas dari masalah asupan karena berkurangnya napsu makan inilah yang mengakibatkan terjadinya malnutrisi, dan memicu timbulnya berbagai penyakit degeneratif seperti jantung koroner, anemia, penyakit ginjal, darah tinggi, stroke, dan gangguan metabolik seperti diabetes yang memerlukan pengaturan gizi secara khusus
Pertanyaannya kemudian adalah, apa yang harus dilakukan dalam mengantisipasinya? Menurut dr. Lany Dewi Wijono, M Gizi, Sp.GK langkah utama dalam mengantisipasi masalah kesehatan pada lansia adalah memahami fenomena kebutuhan energi seiring dengan penurunan kualitas fisik maupun psikis dari lansia itu sendiri. Setelah itu, lanjut dokter spesialis gizi klinik yang berpraktik di RS Mitra Kemayoran ini, barulah dapat ditentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi asupan lansia. Kemudian, tetapkan cara untuk mengatasinya. “Tetapkan kebutuhan energi per individu. Tentukan jumlah, jenis, dan bentuk makanan yang sesuai dengan kemampuan lansia. Dan yang cukup penting, ajak lansia untuk melakukan sosialisasi dengan orang yang sebaya sehingga tidak merasa kesepian,” ungkapnya.
Diet Seimbang
Diet pada lansia, adalah diet yang sesuai diberikan untuk lansia. Merupakan diet seimbang yang disesuaikan dengan kebutuhan energi, protein, dan lemak yang lebih rendah. “Diet lansia harus dimulai sesegera mungkin,” ingatnya, seraya menambahkan, lakukan juga assesment gizi secara berkala, dengan mengukur dan menimbang berat badan secara rutin.
Hal yang sangat penting diperhatikan pada diet lansia adalah jumlah, jenis, dan bentuk asupan yang harus sesuai untuk lansia. Jumlah makanan yang diberikan jangan terlalu banyak. Untuk jenis makanan, perlu dibatasi pemakaian garam, gula, dan minyak pada makanan. Atau hindari makanan manis, asin, dan berminyak. “Jangan lupa, jadwal makan juga sangat penting bagi lansia,” jelasnya
Jadi pemenuhan gizi dan nitrisi yang seimbang merupakan kunci utama menuju lansia sehat.
sumber: majalah RS Mitra Keluarga
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)