Selasa, 23 Desember 2014

Mengenal Obstruksi Usus

Memasuki masa usia lanjut, ada banyak perubahan yang terjadi pada tubuh, termasuk metabolisme. Salah satunya adalah terjadinya gangguan/kemampuan penyerapan vitamin D, asam folat, vitamin B12, kalsium, seng dan asam lemak, di usus halus. Selain itu, pergerakan usus menjadi lebih lambat, sehingga memiliki kecenderungan menjadi lebih cepat merasa kenyang. Pada usus besar terjadi perubahan mukosa, diferensiasi sel, dan metabolisme yang seringkali menjadi pemicu timbulnya penyakit kanker usus besar, diverticulosis dan gangguan/perubahan pola buang air besar (BAB), seperti konstipasi/sulit BAB atau diare. Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Pemicunya berupa adanya gangguan “mekanis” di usus. Atau, disebabkan oleh ileus –kondisi ketika usus tidak berfungsi secara normal. Salah satunya, terjadi akibat penyumbatan baik sebagian atau keseluruhan usus. Biasanya mengenai kolon sebagai akibat karsino ma dan perkembangannya lambat. Namun, obstruksi cenderung mengenai usus halus.

Obstruksi Usus pada Lansia
Obstruksi usus dapat terjadi pada siapa saja, tua maupun muda. Hanya saja, prevalensi atau angka kejadian obstruksi usus umumnya meningkat pada lansia. Penyebab paling sering adalah perlekatan pascaoperasi pada perut (baik operasi baru maupun operasi yang dilakukan bertahun-tahun sebelumnya), keganasan, penyakit crohn dan hernia. Adanya gangguan mekanis yang dipicu akibat terbentuknya jaringan yang tidak normal, atau adanya benda asing yang tertelan.
Pada obstruksi usus terjadi dilatasi/pelebaran usus akibat penumpukan sekresi usus dan udara yang tidak dapat mengalir lancar. Obstruksi usus dibagi menjadi obstruksi usus sebagian/partial dan obstruksi usus komplit/total. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.

“Dalam pemeriksaan biasanya ditemukan peningkatan bising usus. Terjadi pula kehilangan cairan dan dehidrasi, infeksi, hingga kekurangan aliran darah ke usus yang menyebabkan kematian usus. Nah, jika tidak segera ditangani, maka kemungkinan dapat terjadi perforasi usus atau peritonitis, dan bisa mengakibatkan kematian,” jelas dr. Francisca W. Sp.Pd.

Gejala dan Penanganan Obstruksi Usus
Gejala yang dirasakan adalah nyeri perut, kembung, dan rasa mual. Perut semakin membesar, namun tidak dapat buang angin dan sulit BAB. “Situasi ini sering pula diikuti dengan demam,” tambah dokter spesialis penyakit dalam yang berpraktik di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading ini.

Selain pemeriksaan klinis, diagnosis obstruksi usus juga dilakukan dengan pemeriksaan radiologi. Pemeriksaan yang disarankan adalah foto BNO3 posisi, CT scan atau MRI untuk mendeteksi obstruksi total, partial, dan lokasi obstruksi.

Pengobatan yang dilakukan adalah dengan pemberian cairan, dekompresi usus dengan pemakaian selang nasogastric, pemberian antibiotik dan konsultasi dengan bagian bedah. “Obstruksi total merupakan kegawatan bagian bedah yang memerlukan operasi segera. Namun, obstruksi parsial mungkin dapat ditangani tanpa operasi,” paparnya.

sumber : Majalah RS Mitra Keluarga

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)