Sebuah analogi sederhana menggambarkan bahwa menuanya manusia berbanding lurus dengan lelahnya organ dan struktur bangun di dalam tubuh yang telah bekerja sangat kompleks, simultan dengan bagian-bagian yang saling mempengaruhi (sistemik) secara fisik. Analogi lainnya mengatakan, menuanya manusia ibarat ausnya suku cadang mesin. Analogi ini memang dapat diterima, namun perlu diingat bahwa berbeda dengan mesin, manusia mempunyai jiwa dan budaya yang juga dapat mempengaruhi dari segi fisik.
Tak heran, banyak manusia lanjut usia (lansia) memiliki masalah kesehatan atau sakit secara fisik, tetapi memiliki mental yang kuat, sehingga dapat bertahan hidup lama. Hanya memang, proses memasuki masa lansia diikuti oleh berbagai kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan, dan merupakan suatu misteri kehidupan yang masih belum dapat diungkap.
Yang pasti, ada banyak peristiwa fisik, metabolik, maupun psikis yang terjadi ketika manusia memasuki kategori lansia, atau kisaran 55 tahun ke atas. Mulai dari perubahan yang terjadi di tingkat sel, jaringan sampai organ tubuh, hingga menurunnya metabolisme tubuh dan rentan terhadap penyakit, terutama penyakit degeneratif.
Kemunduran Fungsi Tubuh
Ringkasnya, hasil survei literatur Federal Aviation Administration (FAA) USA, mengelompokkannya ke dalam 5 kemunduran fungsi tubuh pada lansia. Yaitu, kemunduran fungsi psikoneurologi, mental, sensomotorik, neurofisiologis, dan kemunduruan kepribadian.
Hasil survei tersebut memaparkan bahwa, kemunduran fungsi psikoneurologi (faktor-faktor persepsi) menyangkut penglihatan dan pendengaran. Fungsi mental, termasuk diantaranya daya kognisi (kecerdasan, kemampuan berhitung, dan penguasaan ruang), kemampuan belajar, daya ingat, mengambil keputusan. Fungsi sensomotorik, meliputi kemampuan gerakan dan menjalankan tugas yang kompleks. Fungsi neurofisiologis, mengenai penghantaran saraf otot dan refleks kardiovaskuler, disamping ketahanan terhadap stres dan kelelahan, serta berkurangnya kemampuan metabolisme, dan produksi hormon. Fungsi kepribadian, termasuk motivasi dan temperamen yang menurun, tetapi rasa tanggung jawab dan daya pengendalian diri semakin baik. Bahkan, tingkah laku dan perhatian terhadap masyarakat pun menjadi lebih stabil.
Lajunya pertambahan usia yang ditandai dengan gejala berkurangnya kemampuan fisik dan mental seseorang dan kemampuan beradaptasi pada beban kehidupan, maka beberapa keadaan patologis dapat mencampuri kehidupan seseorang dan menimbulkan penyakit tua. Menurunnya fungsi pendengaran dan penglihatan merupakan salah satu gejala lansia yang paling umum terlihat. Termasuk 14 i gejala dan masalah kesehatan pada lansia seperti dikutip dalam buku Essentials of Clinical Geriatrics oleh Robert Kane and Joseph Ouslander.
Penyakit karena usia tua yang juga menonjol adalah kelainan kardiovaskuler (pembuluh jantung), penyakit paru, pencernaan, hati, ginjal, dan gangguan metabolisme. Sebenarnya serangan penyakit-penyakit itu tidak tergantung pada usia, namun karena prevalensinya tinggi pada orang usia lanjut, maka penyakit-penyakit itu seolah-olah menjadi ciri penyakit lansia. Kelainan yang bisa digolongkan dalam kategori penyakit tua karena kehadirannya pada manusia usia lanjut adalah presbikusis (ketulian pada manusia lanjut usia), katarak (kesehatan mata), osteoporosis, BPH (benign prostate hyperplasia) dan prolaps uterus, alzheimer dan parkinsonisme, obstruksi usus, dan berbagai tumor ganas.
“Hal yang patut menjadi perhatian adalah kemampuan atau kualitas dari fungsi-fungsi organ vital seperti otak, jantung, ginjal, dan lainnya,” kata dr. Daniel Polhaupessy, Sp.S. Sementara, lanjut dokter spesialis syaraf yang berpraktik di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur ini, perubahan dari sisi fisik pun terus berlangsung, mulai dari penurunan fungsi organ dan jaringan tubuh. Sebagai contoh, menurunnya massa otak – memiliki kemungkinan terjadi atrofi— dan pengerasan pada pembuluh darah (arteriosclerosis), dengan fungsi yang juga ikut menurun.
Antisipasi dengan Olahraga
Pada lansia banyak dari organ-organ tubuh yang mulai mengalami proses degenerasi. Terjadi penurunan massa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, kapasitas aerobik, dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olahraga pada lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut, bahkan latihan yang teratur dapat memperbaiki kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Karena itulah, untuk menghindari faktor-faktor risiko yang ada, terutama sebagai pencegahan dari berbagai penyakit degeneratif harus dilakukan sehingga tujuan usia lanjut yang disebut “menua sehat” (healthy aging) dapat tercapai. Melakukan kegiatan olahraga secara teratur dianggap sebagai cara yang paling baik untuk memperlambat proses menua. Tentu saja olahraga yang dimaksudkan adalah olahraga kesehatan, atau kegiatan fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran, bukan untuk tujuan prestasi.
Gizi pada usia lanjut
Tak jauh berbeda dengan tahapan lainnya, lansia dapat mengalami keadaan gizi lebih maupun kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada lansia bisa terjadi karena sebab primer maupun sekunder. Sebab-sebab yang bersifat primer meliputi ketidaktahuan, isolasi sosial, hidup seorang sendiri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan mental, kemiskinan. Sebab sekunder meliputi gangguan nafsu makan/selera, gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme. Untuk memenuhi status gizi lansia, Departemen Kesehatan telah menyusun pedoman umum gizi seimbang bagi lansia dengan mempertimbangkan pengurangan berbagai resiko penyakit degeneratif yang dihadapi lansia. Pedoman umum tersebut meliputi: anjuran untuk mengkonsumsi aneka ragam makanan secara bergantian untuk menurunkan kemungkinan kekurangan gizi tertentu.
Keberagaman makanan tersebut diantaranya harus memiliki sumber karbohidrat kompleks (serealia, umbi) dalam jumlah sesuai anjuran. Diantaranya adalah banyak mengkonsumsi makanan berserat, memiliki zat besi cukup, atau bergantian antara sumber hewani dan nabati. Minum air bersih dalam jumlah yang cukup, serta membatasi konsumsi lemak dan minyak secara berlebihan, dan mengurangi makanan yang tinggi gula murni dan lemak. Sedapat mungkin, perbanyak konsumsi hewan laut dalam menu harian. Lemak tak jenuh omega-3 yang banyak terdapat pada golongan ikan terbukti memberikan perlindungan terhadap arterosklerosis. Begitu pula dengan konsumsi sayur dan buah berwarna hijau, kuning, oranye karena banyak mengandung serat, vitamin C, provitamin A, dan vitamin E yang akan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang terjadi secara dini.
Memasuki masa lansia adalah proses alamiah, tetapi tentu saja setiap orang mendambakan untuk tetap sehat di usia tua. Hal ini sesuai dengan slogan Tahun Usia Lanjut WHO: “Do not put years to life but life into years. Long life without continous usefulness, productivity and good quality of life is not blessing,” yang artinya usia panjang tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri dengan kualitas hidup yang baik.
Tak heran, banyak manusia lanjut usia (lansia) memiliki masalah kesehatan atau sakit secara fisik, tetapi memiliki mental yang kuat, sehingga dapat bertahan hidup lama. Hanya memang, proses memasuki masa lansia diikuti oleh berbagai kombinasi dari bermacam-macam faktor yang saling berkaitan, dan merupakan suatu misteri kehidupan yang masih belum dapat diungkap.
Yang pasti, ada banyak peristiwa fisik, metabolik, maupun psikis yang terjadi ketika manusia memasuki kategori lansia, atau kisaran 55 tahun ke atas. Mulai dari perubahan yang terjadi di tingkat sel, jaringan sampai organ tubuh, hingga menurunnya metabolisme tubuh dan rentan terhadap penyakit, terutama penyakit degeneratif.
Kemunduran Fungsi Tubuh
Ringkasnya, hasil survei literatur Federal Aviation Administration (FAA) USA, mengelompokkannya ke dalam 5 kemunduran fungsi tubuh pada lansia. Yaitu, kemunduran fungsi psikoneurologi, mental, sensomotorik, neurofisiologis, dan kemunduruan kepribadian.
Hasil survei tersebut memaparkan bahwa, kemunduran fungsi psikoneurologi (faktor-faktor persepsi) menyangkut penglihatan dan pendengaran. Fungsi mental, termasuk diantaranya daya kognisi (kecerdasan, kemampuan berhitung, dan penguasaan ruang), kemampuan belajar, daya ingat, mengambil keputusan. Fungsi sensomotorik, meliputi kemampuan gerakan dan menjalankan tugas yang kompleks. Fungsi neurofisiologis, mengenai penghantaran saraf otot dan refleks kardiovaskuler, disamping ketahanan terhadap stres dan kelelahan, serta berkurangnya kemampuan metabolisme, dan produksi hormon. Fungsi kepribadian, termasuk motivasi dan temperamen yang menurun, tetapi rasa tanggung jawab dan daya pengendalian diri semakin baik. Bahkan, tingkah laku dan perhatian terhadap masyarakat pun menjadi lebih stabil.
Lajunya pertambahan usia yang ditandai dengan gejala berkurangnya kemampuan fisik dan mental seseorang dan kemampuan beradaptasi pada beban kehidupan, maka beberapa keadaan patologis dapat mencampuri kehidupan seseorang dan menimbulkan penyakit tua. Menurunnya fungsi pendengaran dan penglihatan merupakan salah satu gejala lansia yang paling umum terlihat. Termasuk 14 i gejala dan masalah kesehatan pada lansia seperti dikutip dalam buku Essentials of Clinical Geriatrics oleh Robert Kane and Joseph Ouslander.
Penyakit karena usia tua yang juga menonjol adalah kelainan kardiovaskuler (pembuluh jantung), penyakit paru, pencernaan, hati, ginjal, dan gangguan metabolisme. Sebenarnya serangan penyakit-penyakit itu tidak tergantung pada usia, namun karena prevalensinya tinggi pada orang usia lanjut, maka penyakit-penyakit itu seolah-olah menjadi ciri penyakit lansia. Kelainan yang bisa digolongkan dalam kategori penyakit tua karena kehadirannya pada manusia usia lanjut adalah presbikusis (ketulian pada manusia lanjut usia), katarak (kesehatan mata), osteoporosis, BPH (benign prostate hyperplasia) dan prolaps uterus, alzheimer dan parkinsonisme, obstruksi usus, dan berbagai tumor ganas.
“Hal yang patut menjadi perhatian adalah kemampuan atau kualitas dari fungsi-fungsi organ vital seperti otak, jantung, ginjal, dan lainnya,” kata dr. Daniel Polhaupessy, Sp.S. Sementara, lanjut dokter spesialis syaraf yang berpraktik di RS Mitra Keluarga Bekasi Timur ini, perubahan dari sisi fisik pun terus berlangsung, mulai dari penurunan fungsi organ dan jaringan tubuh. Sebagai contoh, menurunnya massa otak – memiliki kemungkinan terjadi atrofi— dan pengerasan pada pembuluh darah (arteriosclerosis), dengan fungsi yang juga ikut menurun.
Antisipasi dengan Olahraga
Pada lansia banyak dari organ-organ tubuh yang mulai mengalami proses degenerasi. Terjadi penurunan massa otot serta kekuatannya, laju denyut jantung maksimal, kapasitas aerobik, dan terjadinya peningkatan lemak tubuh. Bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa latihan dan olahraga pada lansia dapat mencegah atau melambatkan kehilangan fungsional tersebut, bahkan latihan yang teratur dapat memperbaiki kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh penyakit kardiovaskuler.
Karena itulah, untuk menghindari faktor-faktor risiko yang ada, terutama sebagai pencegahan dari berbagai penyakit degeneratif harus dilakukan sehingga tujuan usia lanjut yang disebut “menua sehat” (healthy aging) dapat tercapai. Melakukan kegiatan olahraga secara teratur dianggap sebagai cara yang paling baik untuk memperlambat proses menua. Tentu saja olahraga yang dimaksudkan adalah olahraga kesehatan, atau kegiatan fisik yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran, bukan untuk tujuan prestasi.
Gizi pada usia lanjut
Tak jauh berbeda dengan tahapan lainnya, lansia dapat mengalami keadaan gizi lebih maupun kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada lansia bisa terjadi karena sebab primer maupun sekunder. Sebab-sebab yang bersifat primer meliputi ketidaktahuan, isolasi sosial, hidup seorang sendiri, baru kehilangan pasangan hidup, gangguan fisik, gangguan mental, kemiskinan. Sebab sekunder meliputi gangguan nafsu makan/selera, gangguan mengunyah, malabsorpsi, obat-obatan, peningkatan kebutuhan zat gizi serta alkoholisme. Untuk memenuhi status gizi lansia, Departemen Kesehatan telah menyusun pedoman umum gizi seimbang bagi lansia dengan mempertimbangkan pengurangan berbagai resiko penyakit degeneratif yang dihadapi lansia. Pedoman umum tersebut meliputi: anjuran untuk mengkonsumsi aneka ragam makanan secara bergantian untuk menurunkan kemungkinan kekurangan gizi tertentu.
Keberagaman makanan tersebut diantaranya harus memiliki sumber karbohidrat kompleks (serealia, umbi) dalam jumlah sesuai anjuran. Diantaranya adalah banyak mengkonsumsi makanan berserat, memiliki zat besi cukup, atau bergantian antara sumber hewani dan nabati. Minum air bersih dalam jumlah yang cukup, serta membatasi konsumsi lemak dan minyak secara berlebihan, dan mengurangi makanan yang tinggi gula murni dan lemak. Sedapat mungkin, perbanyak konsumsi hewan laut dalam menu harian. Lemak tak jenuh omega-3 yang banyak terdapat pada golongan ikan terbukti memberikan perlindungan terhadap arterosklerosis. Begitu pula dengan konsumsi sayur dan buah berwarna hijau, kuning, oranye karena banyak mengandung serat, vitamin C, provitamin A, dan vitamin E yang akan melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan yang terjadi secara dini.
Memasuki masa lansia adalah proses alamiah, tetapi tentu saja setiap orang mendambakan untuk tetap sehat di usia tua. Hal ini sesuai dengan slogan Tahun Usia Lanjut WHO: “Do not put years to life but life into years. Long life without continous usefulness, productivity and good quality of life is not blessing,” yang artinya usia panjang tidaklah ada artinya bila tidak berguna dan bahagia, mandiri dengan kualitas hidup yang baik.
sumber: Majalah RS Mitra Keluarga
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)