Di masa lalu, osteoporosis hanya dapat dideteksi setelah seorang penderita mengalami peristiwa patah tulang. Saat ini, tingkat kepadatan tulang --termasuk pada lansia, ketika kondisi tulang sudah menjadi sangat rapuh— dapat diukur secara akurat. Bahkan mampu mendeteksi risiko kemungkinan terjadinya patah tulang.
Bone Densitometer, begitu nama alat canggih yang mampu mengukur kepadatan tulang dan menentukan apakah tulang seseorang telah mengalami osteoporosis atau tidak. Osteoporosis, atau penyakit yang menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh dan lebih mudah patah dengan trauma ringan --banyak dialami oleh lansia-- ini dapat dideteksi dengan menggunakan sinar-X pada perangkat bone densitometer untuk mengukur kadar kalsium (dalam hitungan gram) dan mineral lain yang terkandung di dalam tulang.
Biasanya, tulang yang paling sering diperiksa untuk kepentingan mendeteksi penyakit osteoporisis adalah pada tulang belakang, pinggul dan lengan bagian bawah. Ya, tes untuk mengukur kepadatan tulang seperti direkomendasikan WHO (world health organization) adalah dengan menggunakan bone densitometer dual X-ray absorptiometry – yang juga disebut Bone Densitometer DXA atau DEXA.
Selain Bone Densitometer Dexa, tes kepadatan tulang lainnya adalah Bone Densitometer USG, Kuantitatif Computed Tomography(QCT), yang mampu mengukur skor kepadatan tulang dengan berbagai metode. Penanda Tes Darah Apabila Anda sedang dalam pemeriksaan atau pengobatan osteoporosis, dokter mungkin akan melakukan tes darah atau tes urin untuk melihat metabolisme tulang. Tes ini dipergunakan untuk memonitor perkembangan keadaan tulang Anda setelah mendapat pengobatan. Namun, berbeda dengan bone densitometer, tes ini tidak dapat dipergunakan untuk mendiagnosa osteoporosis.
Siapa yang Harus Melakukan Pemeriksaan Kepadatan Tulang?
Menurut pedoman National Osteoporosis Foundation (NOF), ada beberapa kelompok orang yang harus dipertimbangkan untuk dilakukan tes kepadatan tulang, di antaranya adalah:
- Wanita postmenopause berusia di bawah 65 tahun yang memiliki faktor risiko osteoporosis.
- Wanita berusia di atas 65 tahun
- Pria yang telah berusia di atas 70 tahun
- Laki-laki berusia 50 tahun - 70 tahun dengan faktor risiko terjadinya osteoporosis.
- Wanita dengan kondisi medis yang berhubungan dengan osteoporosis.
- Orang dewasa yang mengalami patah tulang setelah berusia di atas 50 tahun.
- Banyak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis.
- Orang yang dalam pengobatan osteoporosis.
Kegunaan Tes Kepadatan:
- Mengidentifikasi penurunan kepadatan tulang sebelum tulang patah - Menentukan risiko patah tulang (fraktur)
- Konfirmasi diagnosis osteoporosis jika pernah mengalami patah tulang
- Memantau pengobatan osteoporosis
Tes Kepadatan Tulang/Scan Tulang
Scan tulang membutuhkan injeksi sebelumnya, dan umumnya digunakan untuk mendeteksi patah tulang karena kanker, infeksi, dan kelainan pada tulang. Meskipun osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita, namun pria juga dapat mengalami kondisi osteoporosis. Itu sebabnya, tanpa memandang jenis kelamin atau usia, Anda dapat meminta untuk dilakukan tes kepadatan tulang jika telah mengalami penurunan tinggi badan. Mereka yang telah kehilangan tinggi badan hingga sekitar 1,6 inci (4 cm), kemungkinan telah terkena fraktur kompresi. Nah, osteoporosis merupakan salah satu penyebab utama fraktur kompresi.
Patah Tulang
Patah tulang umumnya terjadi ketika tulang telah menjadi begitu rapuh. Bahkan, patah tulang bisa terjadi hanya disebabkan oleh batuk atau bersin yang kuat. Sementara, pemakaian obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh. Penggunaan steroid, seperti prednison dalam jangka waktu yang cukup panjang, dapat mengganggu proses pembentukan tulang kembali, dan mengakibatkan osteoporosis.
Menerima Transplantasi
Orang yang telah menerima organ atau transplantasi mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap osteoporosis. Hal itu merupakan efek obat anti-penolakan yang juga dapat mengganggu proses pembentukan tulang kembali.
Mengalami Penurunan Kadar Hormon
Menurunnya kadar hormon di dalam tubuh juga memiliki pengaruh pada kepadatan tulang.
Selain proses penurunan hormon alami yang terjadi setelah menopause, wanita penderita kanker tertentu juga memiliki kemungkinan mengalami penurunan hormon estrogen. Proses pengobatan pada pria penderita kanker prostat, juga akan mengurangi kadar hormon testosteron.
Tes kepadatan tulang biasanya dilakukan pada tulang yang paling sering patah karena osteoporosis, seperti tulang punggung bagian bawah (lumbar vertebrae), tulang pangkal paha (femur), dan tulang lengan.
Jika Anda melakukan tes kepadatan tulang di rumah sakit dengan alat Bone Densitometer DXA, prosedurnya akan meminta Anda untuk berbaring di tempat tidur pemeriksaan, sementara C arm (alat scan) akan berjalan melewati tubuh. Tak usah khawatir, tes yang hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit ini memancarkan tingkat radiasi sangat rendah, jauh lebih sedikit dari jumlah yang dipancarkan selama pemeriksaan sinar-X dada. Bone Densitomer DEXA ini disebut juga perangkat sentral.
Bone Densitometri USG (perifer)
Sebuah alat tes keropos tulang yang kecil, portabel, dan hanya mengukur kepadatan tulang yang jauh dari kerangka, seperti jari, pergelangan tangan, atau tumit. Instrumen yang digunakan untuk tes ini disebut perangkat periferal, dan sering ditemukan di apotek, mal, atau gereja. Tes kepadatan tulang perifer jauh lebih murah daripada tes yang dilakukan pada perangkat sentral.
Karena kepadatan tulang dapat bervariasi dari satu bagian tulang di dalam tubuh Anda dengan tulang lainnya, pengukuran yang diambil pada tumit biasanya tidak seakurat prediktor risiko patah tulang seperti pengukuran yang dilakukan pada tulang belakang atau pinggul (sentral tubuh). Itu sebabnya, jika hasil tes pada perangkat periferal positif, dokter mungkin akan merekomendasikan scan tindak lanjut pada tulang belakang atau pinggul untuk memastikan diagnosis.
Bone Densitometer, begitu nama alat canggih yang mampu mengukur kepadatan tulang dan menentukan apakah tulang seseorang telah mengalami osteoporosis atau tidak. Osteoporosis, atau penyakit yang menyebabkan tulang menjadi lebih rapuh dan lebih mudah patah dengan trauma ringan --banyak dialami oleh lansia-- ini dapat dideteksi dengan menggunakan sinar-X pada perangkat bone densitometer untuk mengukur kadar kalsium (dalam hitungan gram) dan mineral lain yang terkandung di dalam tulang.
Biasanya, tulang yang paling sering diperiksa untuk kepentingan mendeteksi penyakit osteoporisis adalah pada tulang belakang, pinggul dan lengan bagian bawah. Ya, tes untuk mengukur kepadatan tulang seperti direkomendasikan WHO (world health organization) adalah dengan menggunakan bone densitometer dual X-ray absorptiometry – yang juga disebut Bone Densitometer DXA atau DEXA.
Selain Bone Densitometer Dexa, tes kepadatan tulang lainnya adalah Bone Densitometer USG, Kuantitatif Computed Tomography(QCT), yang mampu mengukur skor kepadatan tulang dengan berbagai metode. Penanda Tes Darah Apabila Anda sedang dalam pemeriksaan atau pengobatan osteoporosis, dokter mungkin akan melakukan tes darah atau tes urin untuk melihat metabolisme tulang. Tes ini dipergunakan untuk memonitor perkembangan keadaan tulang Anda setelah mendapat pengobatan. Namun, berbeda dengan bone densitometer, tes ini tidak dapat dipergunakan untuk mendiagnosa osteoporosis.
Siapa yang Harus Melakukan Pemeriksaan Kepadatan Tulang?
Menurut pedoman National Osteoporosis Foundation (NOF), ada beberapa kelompok orang yang harus dipertimbangkan untuk dilakukan tes kepadatan tulang, di antaranya adalah:
- Wanita postmenopause berusia di bawah 65 tahun yang memiliki faktor risiko osteoporosis.
- Wanita berusia di atas 65 tahun
- Pria yang telah berusia di atas 70 tahun
- Laki-laki berusia 50 tahun - 70 tahun dengan faktor risiko terjadinya osteoporosis.
- Wanita dengan kondisi medis yang berhubungan dengan osteoporosis.
- Orang dewasa yang mengalami patah tulang setelah berusia di atas 50 tahun.
- Banyak mengkonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan terjadinya osteoporosis.
- Orang yang dalam pengobatan osteoporosis.
Kegunaan Tes Kepadatan:
- Mengidentifikasi penurunan kepadatan tulang sebelum tulang patah - Menentukan risiko patah tulang (fraktur)
- Konfirmasi diagnosis osteoporosis jika pernah mengalami patah tulang
- Memantau pengobatan osteoporosis
Tes Kepadatan Tulang/Scan Tulang
Scan tulang membutuhkan injeksi sebelumnya, dan umumnya digunakan untuk mendeteksi patah tulang karena kanker, infeksi, dan kelainan pada tulang. Meskipun osteoporosis lebih sering terjadi pada wanita, namun pria juga dapat mengalami kondisi osteoporosis. Itu sebabnya, tanpa memandang jenis kelamin atau usia, Anda dapat meminta untuk dilakukan tes kepadatan tulang jika telah mengalami penurunan tinggi badan. Mereka yang telah kehilangan tinggi badan hingga sekitar 1,6 inci (4 cm), kemungkinan telah terkena fraktur kompresi. Nah, osteoporosis merupakan salah satu penyebab utama fraktur kompresi.
Patah Tulang
Patah tulang umumnya terjadi ketika tulang telah menjadi begitu rapuh. Bahkan, patah tulang bisa terjadi hanya disebabkan oleh batuk atau bersin yang kuat. Sementara, pemakaian obat-obatan tertentu juga dapat menyebabkan tulang menjadi rapuh. Penggunaan steroid, seperti prednison dalam jangka waktu yang cukup panjang, dapat mengganggu proses pembentukan tulang kembali, dan mengakibatkan osteoporosis.
Menerima Transplantasi
Orang yang telah menerima organ atau transplantasi mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap osteoporosis. Hal itu merupakan efek obat anti-penolakan yang juga dapat mengganggu proses pembentukan tulang kembali.
Mengalami Penurunan Kadar Hormon
Menurunnya kadar hormon di dalam tubuh juga memiliki pengaruh pada kepadatan tulang.
Selain proses penurunan hormon alami yang terjadi setelah menopause, wanita penderita kanker tertentu juga memiliki kemungkinan mengalami penurunan hormon estrogen. Proses pengobatan pada pria penderita kanker prostat, juga akan mengurangi kadar hormon testosteron.
Tes kepadatan tulang biasanya dilakukan pada tulang yang paling sering patah karena osteoporosis, seperti tulang punggung bagian bawah (lumbar vertebrae), tulang pangkal paha (femur), dan tulang lengan.
Jika Anda melakukan tes kepadatan tulang di rumah sakit dengan alat Bone Densitometer DXA, prosedurnya akan meminta Anda untuk berbaring di tempat tidur pemeriksaan, sementara C arm (alat scan) akan berjalan melewati tubuh. Tak usah khawatir, tes yang hanya membutuhkan waktu sekitar 10 menit ini memancarkan tingkat radiasi sangat rendah, jauh lebih sedikit dari jumlah yang dipancarkan selama pemeriksaan sinar-X dada. Bone Densitomer DEXA ini disebut juga perangkat sentral.
Bone Densitometri USG (perifer)
Sebuah alat tes keropos tulang yang kecil, portabel, dan hanya mengukur kepadatan tulang yang jauh dari kerangka, seperti jari, pergelangan tangan, atau tumit. Instrumen yang digunakan untuk tes ini disebut perangkat periferal, dan sering ditemukan di apotek, mal, atau gereja. Tes kepadatan tulang perifer jauh lebih murah daripada tes yang dilakukan pada perangkat sentral.
Karena kepadatan tulang dapat bervariasi dari satu bagian tulang di dalam tubuh Anda dengan tulang lainnya, pengukuran yang diambil pada tumit biasanya tidak seakurat prediktor risiko patah tulang seperti pengukuran yang dilakukan pada tulang belakang atau pinggul (sentral tubuh). Itu sebabnya, jika hasil tes pada perangkat periferal positif, dokter mungkin akan merekomendasikan scan tindak lanjut pada tulang belakang atau pinggul untuk memastikan diagnosis.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)