Selasa, 20 Januari 2015

Ternyata Orang Dewasa pun Perlu Imunisasi!

Perkembangan dunia kedokteran –khususnya di bidang biologi molekuler-- yang semakin pesat pada dasawarsa terakhir ini, telah meningkatkan solusi kesehatan di bidang preventif medicine, seperti vaksinasi maupun imunisasi terhadap penyakit-penyakit yang bersifat endemis.


Memang, masyarakat tentu cukup akrab dengan pelayanan imunisasi sebagai upaya penting untuk mencegah atau mengantisipasi penularan berbagai penyakit infeksi. Penerapannya diwajibkan untuk dilakukan sedini mungkin, sejak bayi hingga masa balita (usia di bawah lima tahun). Begitu pentingnya fasilitas kesehatan ini hingga pemerintah pun melaksanakan program imunisasi pada anak di tingkat pelayanan primer. Pertanyaannya kemudian adalah, apakah setelah melakukan semua pelayanan vaksinasi atau imunisasi di masa anakanak, bisa diartikan telah terbebas dari kemungkinan terjangkitnya berbagai infeksi penyakit endemis yang senantiasa mengancam kualitas kesehatan seseorang, dimana saja dan kapan saja?

American Society of Internal Medicine, dalam pertemuan tahunannya di Atlanta, Amerika Serikat, menegaskan bahwa terdapat peluang besar untuk mencegah kematian melalui vaksinasi dewasa. Itu sebabnya, upaya untuk menggiatkan vaksinasi dewasa perlu dimulai dengan meningkatkan kepedulian masyarakat awam dan pemahaman petugas kesehatan terhadap pentingnya pencegahan melalui vaksinasi dewasa, seperti berikut ini:


Imunisasi Hepatitis A dan B
Vaksinasi hepatitis B diperlukan untuk mencegah gangguan hati yang disebabkan virus hepatitis B (VHB). Gejala penyakitnya diawali dengan timbulnya demam selama beberapa hari. Kemudian disusul dengan rasa mual dan keletihan meski telah beristirahat cukup. Urine (air seni) terlihat keruh. Bagian putih bola mata dan kuku berwarna kuning yang dikenal dengan ikterik. Penyakit ini biasanya bersifat kronis dan kadang kala tidak menimbulkan gejala apapun, sehingga penderita seringkali dijumpai sudah dalam kondisi lanjut. Di Indonesia angka kejadian penyakit ini masih sangat tinggi. Pada orang dewasa, manifestasinya akan lebih parah, mulai dari mual muntah hebat, ikterik berat, hingga gejala ensefalopati. Vaksin hepatitis B dilakukan tiga kali yaitu bulan 0, 1 dan 6 bulan kemudian. Vaksinasi hepatitis A dilakukan dua kali dengan rentang 6-12 bulan.

Imunisasi Tifoid
Lebih dikenal sebagai penyakit typhus atau demam tifoid yang disebabkan oleh bakteri Salmonella Typhosa. Penderita akan mengalami demam subfebris sampai demam tinggi (di atas 40oC), sakit kepala, rasa lelah, dan hilang nafsu makan. Gejala lain, sakit pada perut, susah buang air besar, mual, dan menggigil. Pencegahan paling efektif ialah melalui vaksinasi typhus, pada semua golongan umur, dan diulang setiap tiga tahun.

Imunisasi Meningitis Meningokokus
Penyakit radang selaput otak ini biasanya disebabkan oleh bakteri neisseria meningitis. Gejalanya berupa demam, sakit kepala hebat, dan kejang-kejang. Bila berlanjut, mampu menyebar dengan sangat mudah dan cepat. Melalui udara, batuk, bersin dari orang yang telah terinfeksi bakteri, atau kontak dengan sekret pernapasan. ”Wabah” penyakit ini sering dijumpai pada jamaah haji di Saudi Arabia, sehingga jenis vaksin ini diwajibkan bagi mereka yang hendak pergi haji. Penularan penyakit ini mudah terjadi karena berkumpulnya jutaan orang pada satu waktu dan tempat, sehingga merebaknya pun sangat cepat.

Imunisasi Tetanus
Tetanus adalah infeksi akut racun neurotoksin yang akibat bakteri Clostridium Tetani. Penyakit ini bisa membuat kejang otot, rahang terkancing atau trismus, gangguan napas, dan seringkali berujung pada kematian. Bakteri biasanya masuk ke dalam tubuh manusia melalui luka yang kotor, luka terbuka, luka bakar maupun sisa-sisa akar gigi yang membusuk. Vaksin tetanus biasanya berbentuk TT (Tetanus Toxoid) yang dianjurkan dilakukan suntikan anti tetanus setiap interval 5 tahun.  

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)