Perhatian dan perawatan yang benar pada kaki balita seringkali lolos hingga anak tumbuh besar dengan kelainan pada bentuk kakinya. Rehabilitasi bentuk kaki yang terlanjur tidak normal, jauh lebih sulit saat anak telah melalui masa balita.
Menurut dr. Meidy H. Triangto, SpKFR., dari Kid’s Foot Rehabilitation Center, Rumah Sakit Mitra Keluarga (RSMK) Kelapa Gading, Jakarta, untuk memiliki bentuk kaki yang sempurna, pengawasan, perlakuan, dan perawatannya mutlak harus diperhatikan sedini mungkin. Bahkan, harus mendapat perhatian penuh sejak bayi dilahirkan (neonatal). Tapi itulah, kenyataannya masih ada anak-anak yang tidak memperoleh proses tumbuh kembang pada kedua kakinya yang berlangsung sempurna. Memang, kelalaian itu umumnya terjadi karena orang tua terlalu sibuk, sehingga balita lebih banyak berada di bawah pengawasan “inang” pengasuh.
Hanya saja, kelainan kaki yang banyak dialami balita seharusnya bisa dengan mudah terlihat. Sebagai gambaran, setiap tahun sudut lutut pada usia pertumbuhan balita akan selalu berubah. Saat anak mulai berjalan dan usia 1,5 – 2 tahun, sudut lutut biasanya berbentuk O. Batasannya 8 derajat dan dianggap normal dengan jarak ukuran 4 cm dari kedua lututnya. Sebaliknya, pada usia 3 – 4 tahun kaki balita cenderung berubah seperti huruf X. Bentuk lututnya searah ke depan, juga tidak lebih dari 8 derajat dengan jarak sekitar 4 cm antara kedua mata kaki. Tidak ada rotasi berlebihan dengan derajat yang akan berkurang hingga mencapai usia 6 tahun.
Persoalannya kemudian adalah, mengapa kecenderungan kaki berbentuk X (genu valgum) atau O (genu varum) merupakan jenis kelainan paling sering ditemukan pada balita? Masih seperti kata dr. Meidy, kelainan bentuk kaki (X atau O) merupakan jenis gangguan pertumbuhan tulang kaki akibat terjadinya pergeseran rotasi pada persendian antara tulang paha dan tulang lutut. Hal ini, umumnya merupakan akibat kesalahan perlakuan dalam menangani balita (lihat box: Tidak Selalu Faktor Genetik). “Gangguan pertumbuhan pada bentuk kaki seperti ini mengakibatkan sudut yang terbentuk antara kedua tulang menjadi tidak normal. Ketika, berdiri, titik beratnya tidak terletak di antara jari kaki pertama dan kedua seperti yang terjadi pada kaki yang normal,” jelasnya.
Biasanya disebabkan oleh gangguan rotasi atau putaran tulang yang salah, sehingga sumbu putaran bergeser dan tidak jatuh pada titik sumbu yang semestinya. “Hal ini jelas terlihat ketika anak sering jatuh ketika belajar jalan,” ujarnya, seraya menambahkan, sehingga anak menjadi mudah lelah, dan cenderung membuat aktivitasnya menjadi terbatas. Dan yang paling penting, akan sangat mempengaruhi penampilan, dan berdampak pada rasa percaya diri anak. Selain itu, ada pula kelainan berupa gangguan telapak kaki yang dapat merusak struktur, karena titik berat tubuh tidak jatuh pada tempat yang tepat (normal). Kelainan pada kaki yang bisa terjadi akibat faktor genetik, gangguan tumbuh kembang organ tubuh lainnya, hingga kebiasaan ini, memiliki beberapa bentuk. Sebut saja, telapak kaki leper (flat foot), lengkung kaki terlalu tinggi (high arch), gaya jalan dengan kaki mengarah ke dalam (toe in) dan mengarah keluar (toe out).
Saat ini, semua kelainan itu --genetik maupun non genetik— bisa disembuhkan melalui rehabilitasi medik dan terapi dengan beragam perangkat pendukung, mulai dengan memanfaatkan sepatu koreksi hingga alat bantu khusus disertai fisioterapi secara rutin, untuk mengarahkan proses tumbuh kembang kaki kepada bentuk yang semestinya (normal).
Segera melakukan koreksi ketika mewaspadai adanya kelainan pada proses tumbuh kembang kaki anak. RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, terdapat Kid’s Foot Rehabilitation Center, atau Pusat Rehabilitasi Medik, melayani terapi yang bersifat kuratif (pengobatan) maupun preventif, atau pencegahan hingga usia 5-6 tahun.
Karena, kelainan kaki sebaiknya sudah diketahui sebelum balita berumur 2 tahun dan perbaikan atau koreksi sebelum mencapai umur 6 tahun. Pasalnya, terapi pada anak berusia di atas 7 tahun akan membutuhkan waktu lebih panjang dengan pencapaian target yang tidak selalu bisa maksimal.
Menurut dr. Meidy H. Triangto, SpKFR., dari Kid’s Foot Rehabilitation Center, Rumah Sakit Mitra Keluarga (RSMK) Kelapa Gading, Jakarta, untuk memiliki bentuk kaki yang sempurna, pengawasan, perlakuan, dan perawatannya mutlak harus diperhatikan sedini mungkin. Bahkan, harus mendapat perhatian penuh sejak bayi dilahirkan (neonatal). Tapi itulah, kenyataannya masih ada anak-anak yang tidak memperoleh proses tumbuh kembang pada kedua kakinya yang berlangsung sempurna. Memang, kelalaian itu umumnya terjadi karena orang tua terlalu sibuk, sehingga balita lebih banyak berada di bawah pengawasan “inang” pengasuh.
Hanya saja, kelainan kaki yang banyak dialami balita seharusnya bisa dengan mudah terlihat. Sebagai gambaran, setiap tahun sudut lutut pada usia pertumbuhan balita akan selalu berubah. Saat anak mulai berjalan dan usia 1,5 – 2 tahun, sudut lutut biasanya berbentuk O. Batasannya 8 derajat dan dianggap normal dengan jarak ukuran 4 cm dari kedua lututnya. Sebaliknya, pada usia 3 – 4 tahun kaki balita cenderung berubah seperti huruf X. Bentuk lututnya searah ke depan, juga tidak lebih dari 8 derajat dengan jarak sekitar 4 cm antara kedua mata kaki. Tidak ada rotasi berlebihan dengan derajat yang akan berkurang hingga mencapai usia 6 tahun.
Persoalannya kemudian adalah, mengapa kecenderungan kaki berbentuk X (genu valgum) atau O (genu varum) merupakan jenis kelainan paling sering ditemukan pada balita? Masih seperti kata dr. Meidy, kelainan bentuk kaki (X atau O) merupakan jenis gangguan pertumbuhan tulang kaki akibat terjadinya pergeseran rotasi pada persendian antara tulang paha dan tulang lutut. Hal ini, umumnya merupakan akibat kesalahan perlakuan dalam menangani balita (lihat box: Tidak Selalu Faktor Genetik). “Gangguan pertumbuhan pada bentuk kaki seperti ini mengakibatkan sudut yang terbentuk antara kedua tulang menjadi tidak normal. Ketika, berdiri, titik beratnya tidak terletak di antara jari kaki pertama dan kedua seperti yang terjadi pada kaki yang normal,” jelasnya.
Biasanya disebabkan oleh gangguan rotasi atau putaran tulang yang salah, sehingga sumbu putaran bergeser dan tidak jatuh pada titik sumbu yang semestinya. “Hal ini jelas terlihat ketika anak sering jatuh ketika belajar jalan,” ujarnya, seraya menambahkan, sehingga anak menjadi mudah lelah, dan cenderung membuat aktivitasnya menjadi terbatas. Dan yang paling penting, akan sangat mempengaruhi penampilan, dan berdampak pada rasa percaya diri anak. Selain itu, ada pula kelainan berupa gangguan telapak kaki yang dapat merusak struktur, karena titik berat tubuh tidak jatuh pada tempat yang tepat (normal). Kelainan pada kaki yang bisa terjadi akibat faktor genetik, gangguan tumbuh kembang organ tubuh lainnya, hingga kebiasaan ini, memiliki beberapa bentuk. Sebut saja, telapak kaki leper (flat foot), lengkung kaki terlalu tinggi (high arch), gaya jalan dengan kaki mengarah ke dalam (toe in) dan mengarah keluar (toe out).
Saat ini, semua kelainan itu --genetik maupun non genetik— bisa disembuhkan melalui rehabilitasi medik dan terapi dengan beragam perangkat pendukung, mulai dengan memanfaatkan sepatu koreksi hingga alat bantu khusus disertai fisioterapi secara rutin, untuk mengarahkan proses tumbuh kembang kaki kepada bentuk yang semestinya (normal).
Segera melakukan koreksi ketika mewaspadai adanya kelainan pada proses tumbuh kembang kaki anak. RS Mitra Keluarga Kelapa Gading, terdapat Kid’s Foot Rehabilitation Center, atau Pusat Rehabilitasi Medik, melayani terapi yang bersifat kuratif (pengobatan) maupun preventif, atau pencegahan hingga usia 5-6 tahun.
Karena, kelainan kaki sebaiknya sudah diketahui sebelum balita berumur 2 tahun dan perbaikan atau koreksi sebelum mencapai umur 6 tahun. Pasalnya, terapi pada anak berusia di atas 7 tahun akan membutuhkan waktu lebih panjang dengan pencapaian target yang tidak selalu bisa maksimal.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)