Selasa, 13 Januari 2015

Mengoptimalkan Potensi Tumbuh Kembang Anak dengan Skrining Test

Neonatal Screening (skrining pada bayi) sejatinya merupakan istilah dari suatu “prosesi” uji saring melalui berbagai cara atau metoda tes yang dilakukan di awal kehidupan manusia (beberapa hari setelah bayi lahir). Menurut dr. Winarno, SpA., di Rumah Sakit Mitra Keluarga (RSMK) Bekasi, skrining pada bayi sangat penting dilakukan agar tidak terjadi penyesalan di kemudian hari.

Sudah pasti, tiap pasangan orangtua tentu menginginkan bayinya lahir dan dapat tumbuh sempurna, baik secara fisik (motorik) maupun mental (kognitif). Hanya saja, seringkali bayi yang baru lahir tampak normal. Apalagi, seiring perasaan bahagia atas kelahiran sang bayi, pasangan orang tua biasanya hanya melakukan pemeriksaan standar: melihat kelengkapan seperti jari tangan, kaki, mata, telinga, dan bentuk fisik secara keseluruhan.

Persoalannya kemudian adalah, tidak ada yang tahu apakah bayi tersebut akan tumbuh normal atau abnormal? Itu sebabnya diperlukan sebuah tes. Pasalnya, selain tak kasat oleh mata, bahkan tak selalu bisa langsung terlihat jika ada gangguan, beberapa indra seperti pendengaran, penglihatan, maupun kemampuan indra lainnya pada bayi baru lahir sering tak dihiraukan. Bahkan, tidak terdiagnosis menderita penyakit tertentu, sehingga baru dikenali ketika mulai timbul gejala khas. Kalau sudah begini, maka tidak tertutup kemungkinan telah menjadi dampak permanen. Karena itulah, skrining pada bayi harus dilakukan sedini mungkin, pada periode neonatal (hari-hari pertama kehidupan).

Betul. Meski terbilang jarang, bayi yang terlihat normal dan sehat adakalanya menderita kelainan serius yang tidak terdeteksi oleh mata. Nah, screening test akan mendeteksi kelainan tersebut. Saat ini telah dikembangkan metode tes melalui tehnik skrining darah dengan alat canggih yang disebut Tandem Mass Spectrometry (MS/MS).

Selain mampu mendeteksi kemungkinan apakah sang bayi akan tumbuh normal atau tidak, skrining ini mampu mendeteksi lebih dari 30 kelainan bawaan metabolik, endokrin dan lainnya, yang ada pada bayi baru lahir. Yang pasti, tujuan dari tes ini adalah untuk mendeteksi kemungkinan adanya penyakit yang sangat serius pada bayi baru lahir. Sebut saja, kurangnya hormon tiroid (hipotiroid congenital), misalnya. Gangguan ini bisa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bayi di kemudian hari. Dengan deteksi pada masa bayi dan pengobatan yang segera dilakukan, diharapkan anak dapat tumbuh dan berkembang optimal. Selain itu, ada pula skrining gangguan metabolisme PKU (phenylketonuria) yang bila tidak segera ditangani bisa menyebabkan keterbelakangan mental pada anak.

“Dengan deteksi dini, dokter bisa mengambil tindakan segera agar gangguan bisa diminimalkan, bahkan disembuhkan,” kata dokter spesialis anak yang juga ahli Neonatologis dan Perinatologis ini, seraya menambahkan, melalui hasil tes ini, pihak rumah sakit akan memisahkan bayi-bayi yang mungkin menderita kelainan dengan bayi-bayi yang tidak menderita kelainan. Ambil contoh, sambungnya, dimulai dari bayi yang ternyata lahir dengan berat badan rendah – di bawah normal— akan segera dirujuk untuk memperoleh perawatan intensif di ruang Neonatal Intensif Care Unit (NICU), misalnya.

Pada umumnya semua skrining atau skrining universal dilakukan pada semua bayi tanpa melihat ada atau tidaknya faktor risiko atau gejala. Namun, apabila hasil skrining positif, maka perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan secara definitif untuk segera dilakukan intervensi dini. Hanya saja, skrining bukanlah untuk mendiagnosis suatu penyakit secara pasti, melainkan untuk melakukan deteksi dini terhadap adanya suatu penyakit atau kelainan tertentu pada bayi. Jika hasil skrining positif, maka akan segera dilakukan pencegahan agar tidak muncul atau mengobati manifestasi klinis yang terlanjur muncul, sehingga dapat diintervensi sejak dini.

Adanya gangguan pendengaran yang merupakan salah satu kelainan yang terjadi sejak lahir atau kongenital, misalnya. Jika tidak terdeteksi dan ditangani secara dini, gangguan pendengaran akan berpengaruh pada kemampuan bicara dan bahasanya, kelak. Terlebih lagi jika hasil skrining pada mata menunjukkan hasil positif, dan bisa mengakibatkan kebutaan. Nah, apa jadinya jika skrining ini tidak dilakukan? Dengan demikian, tujuan dari pemeriksaan skrining adalah untuk mengetahui risiko menderita suatu penyakit atau kelainan tertentu pada anak sedini mungkin. Dan, melakukan intervensi sedini mungkin untuk mencegah terjadinya cacat fisik maupun mental, sehingga potensi tumbuh kembang anak bisa berlangsung secara optimal.

Karena itulah, skrining pada bayi yang dilakukan sedini mungkin, diyakini akan sangat berguna dalam mendukung tercapainya perkembangan otak maupun pertumbuhan fisik secara normal, karena terapi yang dibutuhkan akan berlangsung efektif bila dimulai pada minggu-minggu pertama kehidupan.

Demikian update pengetahuan kesehatan terbaru dari dr. Winarno, SpA (RSMK Bekasi). :)

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)