Stroke merupakan salah satu penyakit yang memiliki dampak jangka panjang bagi orang yang mengalaminya. Tidak hanya “serangan mendadak” saja yang ditakutkan, namun juga akibat yang muncul setelahnya. Kondisi kelumpuhan pada anggota tubuh tentu tentunya akan sangat mengganggu dan bahkan menghambat aktivitas hidup seseorang. Pemulihan pasca stroke menjadi sangat penting karena dengan langkah rehabilitasi yang tepat, maka begitu banyak manfaat yang akan diperoleh dalam rangka meningkatkan kualitas hidup.
Pentingnya Rehabilitasi Pasca Stroke
Rehabilitasi pasca stroke merupakan suatu upaya rehabilitasi stroke terpadu yang melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran dan merupakan kumpulan program yang meliputi pelatihan, penggunaan modalitas, alat-alat, dan juga obat-obatan. Makin dini rehabilitasi dimulai, maka dampaknya akan semakin baik. Manfaat yang bisa diperoleh antara lain mengoptimalkan pemulihan, menghindari kontraktur (kekakuan) sendi, mencegah pengecilan otot, dan mencegah komplikasi akibat tirah baring terlalu lama (seperti luka pada punggung dan area yang mengalami tekanan terus menerus di tempat tidur).
Sangat dianjurkan untuk sesegera mungkin memulai langkah-langkah dalam rangka rehabilitasi pasca stroke. Bahkan pada penderita stroke yang mengalami koma sekalipun, bisa mulai dilakukan latihan gerakan-gerakan secara pasif (dengan digerakkan orang lain) jika kondisi penderita sudah stabil. Ketika penderita sudah sadar, bisa dilanjutkan dengan latihan aktif oleh penderita itu sendiri. Rehabilitasi pasca stroke bisa dimulai ketika penderita masih dalam perawatan dokter di rumah sakit, jadi tidak perlu menunggu sampai penderita pulang kembali ke rumah.
Enam Terapi Dasar Pasca Stroke
1. Terapi Fisik
Enam bulan pasca stroke merupakan gold period (masa keemasan/terbaik) dalam melakukan rehabilitasi pasca stroke. Oleh karena itu, tidak ada alasan unruk menunda-nunda dalam memulai latihan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan latihan fisik, antara lain :
• Membantu meningkatkan penggunaan ekstremitas (anggota gerak) tubuh
• Memperkuat otot yang lemah pasca stroke
• Mendapatkan kembali fungsi tubuh yang lumpuh
• Mampu mandiri dan tidak bergantung pada orang lain
• Meningkatkan daya tahan tubuh
• Mencegah depresi
Latihan fisik yang akan diterapkan oleh seorang penderita stroke haruslah mengikuti beberapa aturan dasar supaya hasilnya optimal. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan latihan fisik sebagai berikut :
• Menitikberatkan pada latihan kekuatan, koordinasi, keseimbangan, dan kestabilan
• Memulai latihan dengan pemanasan terlebih dahulu supaya otot dan sendi tidak kaku
• Tidak memaksakan kemampuan diri
• Memakai alat bantu dan secara perlahan berlatih untuk melepas alat bantu tersebut
Latihan fisik secara bertahap bisa dimulai ketika penderita pasca stroke masih terbaring di tempat tidur namun kondisinya sudah dinyatakan stabil oleh dokter. Diawali dengan gerakan berbaring miring dengan dibantu orang lain (keluarga, perawat, ahli fisioterapi) dalam posisi lurus kemudian menekuk. Jika sudah memungkinkan, latih penderita untuk duduk secara mandiri, tentunya dengan dibantu terlebih dahulu kemudian lama kelamaan bisa dilepas. Di sela-sela waktu istirahat, bisa dilakukan latihan pada jari-jari tangan seperti berlatih menekuk jari, menjepit, dan memegang. Semakin sering dilatih maka hasilnya akan makin optimal. Diusahakan untuk memaksimalkan peran aktif dari penderita, sedangkan keluarga/perawat/ahli fisioterapis hanya berperan membantu dan memberikan dukungan saja.
2. Terapi Okupasi
Terapi okupasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan rawat diri penderita dan mengupayakan penderita mampu melakukan aktivitas harian secara mandiri. Tahap ini bisa dimulai jika penderita sudah mampu melakukan beberapa gerakan-gerakan aktif seperti berjalan perlahan (meski masih memakai alat bantu), memegang, dan lain-lain.
Hendaknya keluarga penderita senantiasa menyiapkan berbagai keperluan penderita pada tempat-tempat yang terjangkau oleh penderita. Seperti tempat air minum, peralatan makan, pakaian, dan lain sebagainya. Untuk keperluan mandi, maka hendaknya keluarga mengkondisikan kamar mandi yang ‘ramah’ terhadap penderita pasca stroke, seperti memasang alat yang berfungsi sebagai pegangan, tidak membiarkan lantai dalam keadaan licin, dan menempatkan peralatan mandi pada tempat yang mudah dijangkau. Dengan dukungan dan kasih sayang keluarga, maka penderita stroke akan mampu menjalankan aktivitas hariannya dengan baik meski dengan segala keterbatasan.
3. Terapi Wicara
Terapi wicara biasanya melibatkan ahli atau terapis wicara. Namun demikian, dukungan keluarga tetap memegang peranan penting. Misalnya dengan tetap melakukan komunikasi (berbicara) meski penderita belum mampu meresponnya. Ajarkan kepada seluruh penghuni rumah untuk menghargai paenderita dan menginformasikan apapun yang dikerjakan, misalnya meminta izin ketika akan mengganti seprei, memakaikan baju, dan sebagainya.
4. Terapi Psikologis
Terapi psikologis bisa melibatkan tenaga ahli (psikolog) atau bisa juga dengan dukungan dari keluarga saja. Berikan motivasi yang terus menerus pada penderita. Jika memungkinkan, jangan biarkan penderita stroke merasa sendirian. Luangkan waktu untuk menemaninya dan mengajaknya bicara meski belum bisa merespon. Hendaknya keluarga tidak meremehkan dan selalu merespon positif setiap keluh kesah penderita.
Seseorang yang mengalami stroke sangat rentan terhadap depresi. Mereka mudah bersedih dan stres karena memikirkan kondisi kesehatannya. Dibutuhkan suasana yang hangat dan kekeluargaan supaya mereka bahagia dan merasa diperhatikan. Hendaknya kita mendekat ketika berbicara pada mereka, dan bukan dengan berteriak atau bersuara keras. Jangan sesekali membentak mereka, karena hal tersebut akan sangat melukai hatinya.
5. Terapi Hobi
Terapi hobi menjadi salah satu penunjang dalam keberhasilan pemulihan penderita pasca stroke. Dukung dan temani mereka untuk melakukan hobinya, seperti misalnya berkebun, menyulam, atau membuat kue. Dengan demikian, penderita akan terhindar dari stres dan bisa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang bermanfaat. Selama hobi tersebut tidak membahayakan, maka berikan dukungan dan tentunya bantuan karena ada kalanya kemampuan fisik penderita pasca stroke berkurang atau mengalami penurunan.
6. Terapi Spiritual
Kebutuhan spiritual seseorang yang mengalami stroke sangat penting untuk kita perhatikan. Ingatkan mereka untuk mengerjakan sholat meski tidak dalam posisi normal (jika tidak mampu berdiri) dan ajak mereka untuk mengikuti pengajian apabila kondisinya memungkinkan. Jika kita hendak mengingatkan atau menyampaikan nasehat, maka hendaknya dengan cara yang sopan dan halus. Jangan sampai penderita berputus asa dengan kondisi kesehatannya. Pompakan semangat dan ingatkan agar selalu bersabar supaya mendapatkan pahala dari Allah. Sampaikan bahwa kondisi sakitnya bisa menghapuskan dosa-dosanya selama ia menerima takdir dengan sabar.
Merawat dengan kesabaran
Dalam merawat orang yang mengalami stroke, kita perlu tahu bahwa kondisi mereka sudah tidak sesehat dan sekuat seperti sebelum sakit. Oleh karena itu, kita perlu belajar dan banyak bertanya pada ahlinya supaya dapat melakukan perawatan dengan benar. Selain perawatan secara fisik, kita tidak boleh melupakan perlunya perlakuan dan sikap yang baik pada mereka. Untuk itu, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam merawat mereka. Demikian penjelasan singkat mengenai pemulihan pasca stroke. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi bekal bagi kita semua.
Penulis : dr. Avie Andriyani
Pentingnya Rehabilitasi Pasca Stroke
Rehabilitasi pasca stroke merupakan suatu upaya rehabilitasi stroke terpadu yang melibatkan berbagai disiplin ilmu kedokteran dan merupakan kumpulan program yang meliputi pelatihan, penggunaan modalitas, alat-alat, dan juga obat-obatan. Makin dini rehabilitasi dimulai, maka dampaknya akan semakin baik. Manfaat yang bisa diperoleh antara lain mengoptimalkan pemulihan, menghindari kontraktur (kekakuan) sendi, mencegah pengecilan otot, dan mencegah komplikasi akibat tirah baring terlalu lama (seperti luka pada punggung dan area yang mengalami tekanan terus menerus di tempat tidur).
Sangat dianjurkan untuk sesegera mungkin memulai langkah-langkah dalam rangka rehabilitasi pasca stroke. Bahkan pada penderita stroke yang mengalami koma sekalipun, bisa mulai dilakukan latihan gerakan-gerakan secara pasif (dengan digerakkan orang lain) jika kondisi penderita sudah stabil. Ketika penderita sudah sadar, bisa dilanjutkan dengan latihan aktif oleh penderita itu sendiri. Rehabilitasi pasca stroke bisa dimulai ketika penderita masih dalam perawatan dokter di rumah sakit, jadi tidak perlu menunggu sampai penderita pulang kembali ke rumah.
Enam Terapi Dasar Pasca Stroke
1. Terapi Fisik
Enam bulan pasca stroke merupakan gold period (masa keemasan/terbaik) dalam melakukan rehabilitasi pasca stroke. Oleh karena itu, tidak ada alasan unruk menunda-nunda dalam memulai latihan. Ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dengan melakukan latihan fisik, antara lain :
• Membantu meningkatkan penggunaan ekstremitas (anggota gerak) tubuh
• Memperkuat otot yang lemah pasca stroke
• Mendapatkan kembali fungsi tubuh yang lumpuh
• Mampu mandiri dan tidak bergantung pada orang lain
• Meningkatkan daya tahan tubuh
• Mencegah depresi
Latihan fisik yang akan diterapkan oleh seorang penderita stroke haruslah mengikuti beberapa aturan dasar supaya hasilnya optimal. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika melakukan latihan fisik sebagai berikut :
• Menitikberatkan pada latihan kekuatan, koordinasi, keseimbangan, dan kestabilan
• Memulai latihan dengan pemanasan terlebih dahulu supaya otot dan sendi tidak kaku
• Tidak memaksakan kemampuan diri
• Memakai alat bantu dan secara perlahan berlatih untuk melepas alat bantu tersebut
Latihan fisik secara bertahap bisa dimulai ketika penderita pasca stroke masih terbaring di tempat tidur namun kondisinya sudah dinyatakan stabil oleh dokter. Diawali dengan gerakan berbaring miring dengan dibantu orang lain (keluarga, perawat, ahli fisioterapi) dalam posisi lurus kemudian menekuk. Jika sudah memungkinkan, latih penderita untuk duduk secara mandiri, tentunya dengan dibantu terlebih dahulu kemudian lama kelamaan bisa dilepas. Di sela-sela waktu istirahat, bisa dilakukan latihan pada jari-jari tangan seperti berlatih menekuk jari, menjepit, dan memegang. Semakin sering dilatih maka hasilnya akan makin optimal. Diusahakan untuk memaksimalkan peran aktif dari penderita, sedangkan keluarga/perawat/ahli fisioterapis hanya berperan membantu dan memberikan dukungan saja.
2. Terapi Okupasi
Terapi okupasi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan rawat diri penderita dan mengupayakan penderita mampu melakukan aktivitas harian secara mandiri. Tahap ini bisa dimulai jika penderita sudah mampu melakukan beberapa gerakan-gerakan aktif seperti berjalan perlahan (meski masih memakai alat bantu), memegang, dan lain-lain.
Hendaknya keluarga penderita senantiasa menyiapkan berbagai keperluan penderita pada tempat-tempat yang terjangkau oleh penderita. Seperti tempat air minum, peralatan makan, pakaian, dan lain sebagainya. Untuk keperluan mandi, maka hendaknya keluarga mengkondisikan kamar mandi yang ‘ramah’ terhadap penderita pasca stroke, seperti memasang alat yang berfungsi sebagai pegangan, tidak membiarkan lantai dalam keadaan licin, dan menempatkan peralatan mandi pada tempat yang mudah dijangkau. Dengan dukungan dan kasih sayang keluarga, maka penderita stroke akan mampu menjalankan aktivitas hariannya dengan baik meski dengan segala keterbatasan.
3. Terapi Wicara
Terapi wicara biasanya melibatkan ahli atau terapis wicara. Namun demikian, dukungan keluarga tetap memegang peranan penting. Misalnya dengan tetap melakukan komunikasi (berbicara) meski penderita belum mampu meresponnya. Ajarkan kepada seluruh penghuni rumah untuk menghargai paenderita dan menginformasikan apapun yang dikerjakan, misalnya meminta izin ketika akan mengganti seprei, memakaikan baju, dan sebagainya.
4. Terapi Psikologis
Terapi psikologis bisa melibatkan tenaga ahli (psikolog) atau bisa juga dengan dukungan dari keluarga saja. Berikan motivasi yang terus menerus pada penderita. Jika memungkinkan, jangan biarkan penderita stroke merasa sendirian. Luangkan waktu untuk menemaninya dan mengajaknya bicara meski belum bisa merespon. Hendaknya keluarga tidak meremehkan dan selalu merespon positif setiap keluh kesah penderita.
Seseorang yang mengalami stroke sangat rentan terhadap depresi. Mereka mudah bersedih dan stres karena memikirkan kondisi kesehatannya. Dibutuhkan suasana yang hangat dan kekeluargaan supaya mereka bahagia dan merasa diperhatikan. Hendaknya kita mendekat ketika berbicara pada mereka, dan bukan dengan berteriak atau bersuara keras. Jangan sesekali membentak mereka, karena hal tersebut akan sangat melukai hatinya.
5. Terapi Hobi
Terapi hobi menjadi salah satu penunjang dalam keberhasilan pemulihan penderita pasca stroke. Dukung dan temani mereka untuk melakukan hobinya, seperti misalnya berkebun, menyulam, atau membuat kue. Dengan demikian, penderita akan terhindar dari stres dan bisa mengisi waktu luangnya dengan kegiatan yang bermanfaat. Selama hobi tersebut tidak membahayakan, maka berikan dukungan dan tentunya bantuan karena ada kalanya kemampuan fisik penderita pasca stroke berkurang atau mengalami penurunan.
6. Terapi Spiritual
Kebutuhan spiritual seseorang yang mengalami stroke sangat penting untuk kita perhatikan. Ingatkan mereka untuk mengerjakan sholat meski tidak dalam posisi normal (jika tidak mampu berdiri) dan ajak mereka untuk mengikuti pengajian apabila kondisinya memungkinkan. Jika kita hendak mengingatkan atau menyampaikan nasehat, maka hendaknya dengan cara yang sopan dan halus. Jangan sampai penderita berputus asa dengan kondisi kesehatannya. Pompakan semangat dan ingatkan agar selalu bersabar supaya mendapatkan pahala dari Allah. Sampaikan bahwa kondisi sakitnya bisa menghapuskan dosa-dosanya selama ia menerima takdir dengan sabar.
Merawat dengan kesabaran
Dalam merawat orang yang mengalami stroke, kita perlu tahu bahwa kondisi mereka sudah tidak sesehat dan sekuat seperti sebelum sakit. Oleh karena itu, kita perlu belajar dan banyak bertanya pada ahlinya supaya dapat melakukan perawatan dengan benar. Selain perawatan secara fisik, kita tidak boleh melupakan perlunya perlakuan dan sikap yang baik pada mereka. Untuk itu, dibutuhkan kesabaran dan ketelatenan dalam merawat mereka. Demikian penjelasan singkat mengenai pemulihan pasca stroke. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi bekal bagi kita semua.
Penulis : dr. Avie Andriyani
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)