Anda yang tertarik dengan judul diatas, pasti bertanya-tanya, memang bisa aman dan nyaman tanpa operasi? Saya pribadi tidak bilang aman dan nyaman 100%, tapi sudah ada teknologi kedokterannya nih, yang bisa sangat membantu pasien dengan keadaannya yang mengharuskan operasi pada kepalanya. Atau biasa disebut bedah tempurung kepala.
Prosedur bedah terbuka pada tempurung kepala tentu menjadi momok yang sangat menakutkan bagi penderita kelainan pembuluh darah di dalam otak. Saat ini, dengan teknologi Digital Subtraction Angiography – DSA dan Embolisasi, kasus-kasus kelainan pada pembuluh darah bisa ditangani tanpa operasi (non bedah).
Suatu hari seorang teman terkena musibah kecelakaan yang meng akibatkan bola matanya menonjol (maaf-seperti mau keluar), dan bengkak dikelopak mata atasnya. Setelah berkonsultasi dengan dr. Soewandi Sp. Rad Intervensi, di Rumah Sakit Mitra Keluarga (RSMK) Kelapa Gading,iadisarankan untuk mencoba prosedur radiologi intervensi.Prosedur ini dipilih dengan alasan costnya lebih rendah jika dengan operasi terbuka.
Selain itu, lebih aman karena merupakan jenis intervensi non bedah.Menurut dr. Soewandi, kasus yang dialami teman itu merupakan dampak dariterjadinya hubungan pendek antara pembuluh nadi otak dengan pembuluh darah balik otak yang menuju bola mata. Hal ini menyebabkanterjadinya kebocoran dimana pembuluh darah mengeluarkan cairan terus menerus dan mendesak bola mata sehingga seolah mau keluar.
“Peristiwa hubungan pendek pada pembuluh nadi itu bisa dideteksi dan dipastikan dengan mendengar denyut nadi pasien melalui stetoskop,”ungkapnya. Hanya saja, prosedur radiologi intervensiuntuk kasus seperti ini harus melalui tahap pembacaan atau pemetaan pembuluhdarah di dalam otak dengan alat imaging yang disebut dengan Digital Subtraction Angiography– DSA. Dengan teknologi DSA,visualisasipembuluh darah yang bermasalah akan menjadi lebih advance, dimana tulang maupun tengkorak kepala telah di substrack.Dihilangkan, sehingga jaringan pembuluh darah di dalam otak terlihat secara jelas. Visualisasi nya di monitor komputer yang terlihat hanya jaringan pembuluh darah saja. Tanpa ada tulang, baik rawan maupun tengkorak.
“Bersih,” ujarnya, seraya menambahkan, peta pembuluh darah di dalam otak itu terlihat jelas sekali, sehingga titik target dimana “hubungan pendek” itu terjadi pun tampak jelas di monitor komputer. Prosedur selanjutnya, kata dr. Soewandi, ialah memasukkan kateter menujutitik pembuluh darah yang menjadi target. Inilah yang disebut dengan radiologi intervensi,yaitu memasukkan kateterke dalam pembuluhdarah menuju ke otak. Untuk kasus bocornya pembuluh darah akibat terjadinya hubungan pendek di atas, maka tindakan yang harusdilakukan adalah memasukkan lagi selang kecil atau kateter micrountuk melakukan prosedur embolisasi, memasang balon untuk menutuppembuluh darah yang bocor.
Non Bedah (Operatif)
“Ya, embolisasi adalah prosedur menghentikan pendarahan, atau untuk mematikan pembuluh darah sehingga bola mata yang sempat terdorongkeluarbisa ketarik dan masuk lagi. Kembali normal. Prosedur embolisasidengan ballooning yang telah dilakukan akan menutupkebocoran, sehingga cairan yang sebelumnya mendesak bola mata sudah tidak terjadi lagi. Nah, ini merupakan tindakan yang bersifatnonoperatif,” paparnya.
Masih seperti kata Konsultan Radiologi Intervensi di RSMK Kelapa Gading ini, ada banyak kasus kelainan pembuluh darah yang terjadi di dalamotak maupun organ tubuh lainnya yang bisa ditangani tanpa harus melakukan pembedahan (operasi terbuka). Tapi dengan prosedur radiologiintervensi yang bersifat non bedah. Sebut saja pada kelemahan pembuluh darah otak yang disebut dengan aneurismaatau adanya pembuluh darah otak yang menggelembung. Celakanya, kulit pembuluh darah tersebut sangat tipis. “Setipis kulit ari. Sehingga, ketika tekanan
darah naik, maka kemungkinan besar dia akan pecah dan terjadilah pendarahan di otak,” urainya.
Dimasa lalu, lazimnya penanganan untuk kasus seperti ini harus dilakukan dengan tindakan bedah otak (operasi). Biasanya di klipataudijahit.Saat ini, cukup dengan metode DSA dan embolisasiuntuk memasang logam --kumparan kecil dari metal atau biasa disebut coiling-- pada rongga pembuluh darah yang menggelembung.“Caranya disumpal dengan memanfaatkan micro kateteryang menyusuri rongga pembuluhdarah menuju target embolisasi, setelah lokasi pembuluh darah yang bermasalah terdeteksi oleh alat imaging(DSA)” timpalnya.
Begitu pula dengan pasien yang pembuluh darah otaknya mengalami kelainan arteridan vena atau biasa disebut dengan Arteriovenous Malformation-AVM.Suatu kelainan yang terjadi pada hubungan arteri (nadi) dengan pembuluh balik yang abnormal di dalam otak. Ini juga seringmengakibatkan pecahnya pembuluh darah (pendarahan di otak). “Untuk kasus seperti ini, dahulu pasti dioperasi. Sekarang, bisa kitamatikan sebagian. Pembuluh darah yang abnormal kita sumbat (diembolisasi)
Jadi, banyak tindakan-tindakan pada kasus kelainan pembuluh darah yang bisa ditangani tanpa harus melalui prosedur operasi atau bedah terbuka,” tegas suami dari Ellen ini, santai.
Kaitan Dengan Bedah Syaraf Embolisasi juga bisa dilakukan pada tumor atau kanker otak –sebelum dioperasi. Biasanya dokter bedah otak/syarafakan minta kepada dokter spesialis radiologi intervensi untuk memetakan pembuluh darah pasiennya dengan DSA otak. Jika pembuluh darahnya bisa diembolisasi, untuk mencegah terjadinya pendarahan pada saat operasi. Inilah kaitannya dengan bedah syaraf. Karena,bedah syaraf kan prinsipnya harus menghentikan pen darahan. Ini juga sama. Mencegah atau membantu tindakan bedah syaraf pada saat operasi sehingga pendarahannya berkurang. Pada tumor-tumor selaput otak atau yang disebut Meningioma, misalnya. Tumornya memang jinak,tapipembuluh darahnya kaya sekali. Untuk kasus seperti ini, seorang dokter bedah syaraf biasanya akan minta dipetakan (DSA) dandiembolisasi. Sehingga operasinya bersih. Bisa berlangsung dengan pendarahan yang minimal.
Walaupun relatif aman, tapi lebih baik menjaga kesehatan daripada harus operasi, benarkan? Ok, pantau terus tips-tips seputar kesehatan anda di blog ini.
Prosedur bedah terbuka pada tempurung kepala tentu menjadi momok yang sangat menakutkan bagi penderita kelainan pembuluh darah di dalam otak. Saat ini, dengan teknologi Digital Subtraction Angiography – DSA dan Embolisasi, kasus-kasus kelainan pada pembuluh darah bisa ditangani tanpa operasi (non bedah).
Suatu hari seorang teman terkena musibah kecelakaan yang meng akibatkan bola matanya menonjol (maaf-seperti mau keluar), dan bengkak dikelopak mata atasnya. Setelah berkonsultasi dengan dr. Soewandi Sp. Rad Intervensi, di Rumah Sakit Mitra Keluarga (RSMK) Kelapa Gading,iadisarankan untuk mencoba prosedur radiologi intervensi.Prosedur ini dipilih dengan alasan costnya lebih rendah jika dengan operasi terbuka.
Selain itu, lebih aman karena merupakan jenis intervensi non bedah.Menurut dr. Soewandi, kasus yang dialami teman itu merupakan dampak dariterjadinya hubungan pendek antara pembuluh nadi otak dengan pembuluh darah balik otak yang menuju bola mata. Hal ini menyebabkanterjadinya kebocoran dimana pembuluh darah mengeluarkan cairan terus menerus dan mendesak bola mata sehingga seolah mau keluar.
“Peristiwa hubungan pendek pada pembuluh nadi itu bisa dideteksi dan dipastikan dengan mendengar denyut nadi pasien melalui stetoskop,”ungkapnya. Hanya saja, prosedur radiologi intervensiuntuk kasus seperti ini harus melalui tahap pembacaan atau pemetaan pembuluhdarah di dalam otak dengan alat imaging yang disebut dengan Digital Subtraction Angiography– DSA. Dengan teknologi DSA,visualisasipembuluh darah yang bermasalah akan menjadi lebih advance, dimana tulang maupun tengkorak kepala telah di substrack.Dihilangkan, sehingga jaringan pembuluh darah di dalam otak terlihat secara jelas. Visualisasi nya di monitor komputer yang terlihat hanya jaringan pembuluh darah saja. Tanpa ada tulang, baik rawan maupun tengkorak.
“Bersih,” ujarnya, seraya menambahkan, peta pembuluh darah di dalam otak itu terlihat jelas sekali, sehingga titik target dimana “hubungan pendek” itu terjadi pun tampak jelas di monitor komputer. Prosedur selanjutnya, kata dr. Soewandi, ialah memasukkan kateter menujutitik pembuluh darah yang menjadi target. Inilah yang disebut dengan radiologi intervensi,yaitu memasukkan kateterke dalam pembuluhdarah menuju ke otak. Untuk kasus bocornya pembuluh darah akibat terjadinya hubungan pendek di atas, maka tindakan yang harusdilakukan adalah memasukkan lagi selang kecil atau kateter micrountuk melakukan prosedur embolisasi, memasang balon untuk menutuppembuluh darah yang bocor.
Non Bedah (Operatif)
“Ya, embolisasi adalah prosedur menghentikan pendarahan, atau untuk mematikan pembuluh darah sehingga bola mata yang sempat terdorongkeluarbisa ketarik dan masuk lagi. Kembali normal. Prosedur embolisasidengan ballooning yang telah dilakukan akan menutupkebocoran, sehingga cairan yang sebelumnya mendesak bola mata sudah tidak terjadi lagi. Nah, ini merupakan tindakan yang bersifatnonoperatif,” paparnya.
Masih seperti kata Konsultan Radiologi Intervensi di RSMK Kelapa Gading ini, ada banyak kasus kelainan pembuluh darah yang terjadi di dalamotak maupun organ tubuh lainnya yang bisa ditangani tanpa harus melakukan pembedahan (operasi terbuka). Tapi dengan prosedur radiologiintervensi yang bersifat non bedah. Sebut saja pada kelemahan pembuluh darah otak yang disebut dengan aneurismaatau adanya pembuluh darah otak yang menggelembung. Celakanya, kulit pembuluh darah tersebut sangat tipis. “Setipis kulit ari. Sehingga, ketika tekanan
darah naik, maka kemungkinan besar dia akan pecah dan terjadilah pendarahan di otak,” urainya.
Dimasa lalu, lazimnya penanganan untuk kasus seperti ini harus dilakukan dengan tindakan bedah otak (operasi). Biasanya di klipataudijahit.Saat ini, cukup dengan metode DSA dan embolisasiuntuk memasang logam --kumparan kecil dari metal atau biasa disebut coiling-- pada rongga pembuluh darah yang menggelembung.“Caranya disumpal dengan memanfaatkan micro kateteryang menyusuri rongga pembuluhdarah menuju target embolisasi, setelah lokasi pembuluh darah yang bermasalah terdeteksi oleh alat imaging(DSA)” timpalnya.
Begitu pula dengan pasien yang pembuluh darah otaknya mengalami kelainan arteridan vena atau biasa disebut dengan Arteriovenous Malformation-AVM.Suatu kelainan yang terjadi pada hubungan arteri (nadi) dengan pembuluh balik yang abnormal di dalam otak. Ini juga seringmengakibatkan pecahnya pembuluh darah (pendarahan di otak). “Untuk kasus seperti ini, dahulu pasti dioperasi. Sekarang, bisa kitamatikan sebagian. Pembuluh darah yang abnormal kita sumbat (diembolisasi)
Jadi, banyak tindakan-tindakan pada kasus kelainan pembuluh darah yang bisa ditangani tanpa harus melalui prosedur operasi atau bedah terbuka,” tegas suami dari Ellen ini, santai.
Kaitan Dengan Bedah Syaraf Embolisasi juga bisa dilakukan pada tumor atau kanker otak –sebelum dioperasi. Biasanya dokter bedah otak/syarafakan minta kepada dokter spesialis radiologi intervensi untuk memetakan pembuluh darah pasiennya dengan DSA otak. Jika pembuluh darahnya bisa diembolisasi, untuk mencegah terjadinya pendarahan pada saat operasi. Inilah kaitannya dengan bedah syaraf. Karena,bedah syaraf kan prinsipnya harus menghentikan pen darahan. Ini juga sama. Mencegah atau membantu tindakan bedah syaraf pada saat operasi sehingga pendarahannya berkurang. Pada tumor-tumor selaput otak atau yang disebut Meningioma, misalnya. Tumornya memang jinak,tapipembuluh darahnya kaya sekali. Untuk kasus seperti ini, seorang dokter bedah syaraf biasanya akan minta dipetakan (DSA) dandiembolisasi. Sehingga operasinya bersih. Bisa berlangsung dengan pendarahan yang minimal.
Walaupun relatif aman, tapi lebih baik menjaga kesehatan daripada harus operasi, benarkan? Ok, pantau terus tips-tips seputar kesehatan anda di blog ini.
sumber : majalah RS mitra keluarga
sumbernya artikalnya darimana mas? Apa tidak sebaiknya disebutkan?
BalasHapus