Menurut The Journal of Reproductive Medicine terbitan tahun 1981, bedah laparoskopi pertama kali dilakukan pada tahun 1975. Saat itu, Tarasconi dari Departemen Ob-Gyn, Universitas Passo Fundo Medical School (Passo Fundo, RS, Brasil) berhasil melakukan pengangkatan organ dengan laparoskopi (Salpingectomy). Dalam perkembangan berikutnya, pemeriksaan organ kandungan
menjadi lebih jelas dengan laparoskopi. Istimewanya, untuk kasus-kasus endometriosis, kista, mioma, perlekatan, tertutupnya saluran telur, kehamilan tuba, abses tuba dan infeksi lainnya. “Persiapan diagnostik laparoskopi & histeroskopi tak jauh berbeda dengan prosedur operasi lainnya, yaitu dimulai dari pemeriksaan laboratorium darah, jantung, puasa sekitar 8 jam sebelum operasi,” kata dr. Herman SpOG.
Adapun beberapa keuntungan operasi dengan laparoskopi dibandingkan operasi terbuka yaitu:
l Anatomi dapat diperbesar sehingga memungkinkan melakukan bedah mikro pada organ reproduksi.
2 Arsitektur rahim indung telur, saluran telur dan daerah dasar panggul dapat dievaluasi lebih hati-hati, baik permukaan, bentuk, warna, konsistensi dan mobilitasnya.
3 Tekanan yang ditimbulkan menyebabkan kurangnya perdarahan sehingga lapangan operasi lebih bersih. Dengan demikian, lebih sedikit menimbulkan perlekatan paska operasi.
4 Pemulihan paskaoperasi lebih singkat.
5 Nyeri paskaoperasi biasanya dirasakan lebih ringan
6 Dapat didokumentasikan baik dalam bentuk foto maupun video
Masih menurut dr. Herman, laparoskopi merupakan teknik operasi dengan menggunakan kamera kecil yg mampu memvisualisasikan kondisi di dalam rongga perut ke sebuah monitor tv. “Sedangkan pada histeroskopi, kamera kecil dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui mulut rahim. Prosedur histeroskopisaat ini sudah bisa dilakukan di poliklinik (office histeroskopi) tanpa pembiusan sehingga dokter dan pasien dapat melihat langsung di monitor tv,” imbuhnya. Pada saat prosedur operasi berjalan, bisa ditemukan masalah pada organ reproduksi yang sebelumnya tidak diketahui (tidak terdeteksi) dari pemeriksaan biasa ataupun dengan USG tranvaginal, sehingga operasi dengan laparoskopi dan histeroskopi ini bisa memakan waktu antara 30 menit sampai 2 jam.
Sebagai contoh, pada beberapa kasus wanita yang belum mempunyai anak setelah beberapa tahun, dari pemeriksaan secara laparoskopi ternyata ditemukan adanya perlekatan ujung saluran telur (tuba), tbc di rongga perut, infeksi kronis di rongga panggul, bahkan endometriosisminimal. “Dengan semua keunggulannya itu, laparoskopi merupakan “gold standard” (pemeriksaan diagnostik terbaik) untuk mendiagnosis kasus endometriosis, kelainan pada saluran telur dan peritoneum,”tambahnya.
Di bidang ginekologi, laparoskopi juga diterapkan untuk metode sterilisasi bagi pasangan yang telah memiliki kemantapan untuk tidak lagi memiliki keturunan. “Biasanya setelah memiliki 2 orang anak atau lebih,” kata dr. Yahya Darmawan, SpOG, Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan Rumah Sakit Mitra Kemayoran. Hebatnya, metode ini bisa digunakan pada perempuan maupun lakilaki.
Metode sterilisasi ini menekan prinsip penyumbatan pada saluran telur ataupun saluran sperma dengan teknik operasi laparoskopi. Meski begitu, timpal dr. Bonnie Riyadi, SpOG, Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan di RS Mitra Kemayoran, laparoskopi ini bukan monopoli dokter kandungan atau hanya untuk menangani penyakit kandungan. Tetapi melebar untuk segala macam penyakit seperti tumor atau batu, sekarang bisa diatasi dengan laparoskopi. Bahkan hingga ke penyakit ginjal. “Namun, mengingat berbagai kelebihan dan manfaatnya, pasien memang cenderung memilih operasi dengan laparoskopi. “Karena banyak manfaat bagi pasien maupun keluarga,” ujarnya.
menjadi lebih jelas dengan laparoskopi. Istimewanya, untuk kasus-kasus endometriosis, kista, mioma, perlekatan, tertutupnya saluran telur, kehamilan tuba, abses tuba dan infeksi lainnya. “Persiapan diagnostik laparoskopi & histeroskopi tak jauh berbeda dengan prosedur operasi lainnya, yaitu dimulai dari pemeriksaan laboratorium darah, jantung, puasa sekitar 8 jam sebelum operasi,” kata dr. Herman SpOG.
Adapun beberapa keuntungan operasi dengan laparoskopi dibandingkan operasi terbuka yaitu:
l Anatomi dapat diperbesar sehingga memungkinkan melakukan bedah mikro pada organ reproduksi.
2 Arsitektur rahim indung telur, saluran telur dan daerah dasar panggul dapat dievaluasi lebih hati-hati, baik permukaan, bentuk, warna, konsistensi dan mobilitasnya.
3 Tekanan yang ditimbulkan menyebabkan kurangnya perdarahan sehingga lapangan operasi lebih bersih. Dengan demikian, lebih sedikit menimbulkan perlekatan paska operasi.
4 Pemulihan paskaoperasi lebih singkat.
5 Nyeri paskaoperasi biasanya dirasakan lebih ringan
6 Dapat didokumentasikan baik dalam bentuk foto maupun video
Masih menurut dr. Herman, laparoskopi merupakan teknik operasi dengan menggunakan kamera kecil yg mampu memvisualisasikan kondisi di dalam rongga perut ke sebuah monitor tv. “Sedangkan pada histeroskopi, kamera kecil dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui mulut rahim. Prosedur histeroskopisaat ini sudah bisa dilakukan di poliklinik (office histeroskopi) tanpa pembiusan sehingga dokter dan pasien dapat melihat langsung di monitor tv,” imbuhnya. Pada saat prosedur operasi berjalan, bisa ditemukan masalah pada organ reproduksi yang sebelumnya tidak diketahui (tidak terdeteksi) dari pemeriksaan biasa ataupun dengan USG tranvaginal, sehingga operasi dengan laparoskopi dan histeroskopi ini bisa memakan waktu antara 30 menit sampai 2 jam.
Sebagai contoh, pada beberapa kasus wanita yang belum mempunyai anak setelah beberapa tahun, dari pemeriksaan secara laparoskopi ternyata ditemukan adanya perlekatan ujung saluran telur (tuba), tbc di rongga perut, infeksi kronis di rongga panggul, bahkan endometriosisminimal. “Dengan semua keunggulannya itu, laparoskopi merupakan “gold standard” (pemeriksaan diagnostik terbaik) untuk mendiagnosis kasus endometriosis, kelainan pada saluran telur dan peritoneum,”tambahnya.
Di bidang ginekologi, laparoskopi juga diterapkan untuk metode sterilisasi bagi pasangan yang telah memiliki kemantapan untuk tidak lagi memiliki keturunan. “Biasanya setelah memiliki 2 orang anak atau lebih,” kata dr. Yahya Darmawan, SpOG, Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan Rumah Sakit Mitra Kemayoran. Hebatnya, metode ini bisa digunakan pada perempuan maupun lakilaki.
Metode sterilisasi ini menekan prinsip penyumbatan pada saluran telur ataupun saluran sperma dengan teknik operasi laparoskopi. Meski begitu, timpal dr. Bonnie Riyadi, SpOG, Spesialis Kebidanan & Penyakit Kandungan di RS Mitra Kemayoran, laparoskopi ini bukan monopoli dokter kandungan atau hanya untuk menangani penyakit kandungan. Tetapi melebar untuk segala macam penyakit seperti tumor atau batu, sekarang bisa diatasi dengan laparoskopi. Bahkan hingga ke penyakit ginjal. “Namun, mengingat berbagai kelebihan dan manfaatnya, pasien memang cenderung memilih operasi dengan laparoskopi. “Karena banyak manfaat bagi pasien maupun keluarga,” ujarnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)