Jumat, 17 Oktober 2014

Keuntungan operasi dengan laparoskopi dibandingkan operasi terbuka

Menurut The Journal of Reproductive  Medicine terbitan tahun 1981, bedah  laparoskopi pertama kali dilakukan  pada tahun 1975. Saat itu, Tarasconi dari  Departemen Ob-Gyn, Universitas Passo Fundo  Medical School (Passo Fundo, RS, Brasil)  berhasil melakukan pengangkatan organ  dengan laparoskopi (Salpingectomy). Dalam  perkembangan berikutnya, pemeriksaan  organ kandungan
menjadi lebih jelas dengan  laparoskopi. Istimewanya, untuk kasus-kasus  endometriosis, kista, mioma, perlekatan,  tertutupnya saluran telur, kehamilan tuba,  abses tuba dan infeksi lainnya.  “Persiapan diagnostik laparoskopi  & histeroskopi tak jauh berbeda dengan  prosedur operasi lainnya, yaitu dimulai dari  pemeriksaan laboratorium darah, jantung,  puasa sekitar 8 jam sebelum operasi,” kata  dr. Herman SpOG.

Adapun beberapa keuntungan operasi dengan  laparoskopi dibandingkan operasi terbuka  yaitu:
l  Anatomi dapat diperbesar sehingga  memungkinkan melakukan bedah  mikro pada organ reproduksi.
2  Arsitektur rahim indung telur, saluran  telur dan daerah dasar panggul  dapat dievaluasi lebih hati-hati, baik  permukaan, bentuk, warna, konsistensi  dan mobilitasnya.
3  Tekanan yang ditimbulkan  menyebabkan kurangnya perdarahan  sehingga lapangan operasi lebih  bersih. Dengan demikian, lebih sedikit  menimbulkan perlekatan paska  operasi.
4  Pemulihan paskaoperasi lebih singkat.
5  Nyeri paskaoperasi biasanya dirasakan  lebih ringan
6  Dapat didokumentasikan baik dalam  bentuk foto maupun video

Masih  menurut dr. Herman, laparoskopi merupakan  teknik operasi dengan menggunakan kamera  kecil yg mampu memvisualisasikan kondisi  di dalam rongga perut ke sebuah monitor tv.  “Sedangkan pada histeroskopi, kamera kecil  dimasukkan ke dalam rongga rahim melalui  mulut rahim. Prosedur histeroskopisaat  ini sudah bisa dilakukan di poliklinik (office  histeroskopi) tanpa pembiusan sehingga  dokter dan pasien dapat melihat langsung di  monitor tv,” imbuhnya. Pada saat prosedur operasi berjalan, bisa  ditemukan masalah pada organ reproduksi  yang sebelumnya tidak diketahui (tidak  terdeteksi) dari pemeriksaan biasa ataupun  dengan USG tranvaginal, sehingga operasi  dengan laparoskopi dan histeroskopi ini bisa  memakan waktu antara 30 menit sampai 2  jam.

Sebagai contoh, pada beberapa kasus  wanita yang belum mempunyai anak setelah  beberapa tahun, dari pemeriksaan secara  laparoskopi ternyata ditemukan adanya  perlekatan ujung saluran telur (tuba), tbc di  rongga perut, infeksi kronis di rongga panggul,  bahkan endometriosisminimal. “Dengan  semua keunggulannya itu, laparoskopi  merupakan “gold standard” (pemeriksaan  diagnostik terbaik) untuk mendiagnosis kasus  endometriosis, kelainan pada saluran telur dan  peritoneum,”tambahnya.

Di bidang ginekologi, laparoskopi juga  diterapkan untuk metode sterilisasi bagi  pasangan yang telah memiliki kemantapan  untuk tidak lagi memiliki keturunan. “Biasanya  setelah memiliki 2 orang anak atau lebih,”  kata dr. Yahya Darmawan, SpOG, Spesialis  Kebidanan & Penyakit Kandungan Rumah  Sakit Mitra Kemayoran. Hebatnya, metode ini  bisa digunakan pada perempuan maupun lakilaki.

Metode sterilisasi ini menekan prinsip  penyumbatan pada saluran telur ataupun  saluran sperma dengan teknik operasi  laparoskopi. Meski begitu, timpal dr. Bonnie Riyadi,  SpOG, Spesialis Kebidanan & Penyakit  Kandungan di RS Mitra Kemayoran,  laparoskopi ini bukan monopoli dokter  kandungan atau hanya untuk menangani  penyakit kandungan. Tetapi melebar untuk  segala macam penyakit seperti tumor  atau batu, sekarang bisa diatasi dengan  laparoskopi. Bahkan hingga ke penyakit ginjal.  “Namun, mengingat berbagai kelebihan dan  manfaatnya, pasien memang cenderung  memilih operasi dengan laparoskopi.  “Karena banyak manfaat bagi pasien maupun  keluarga,” ujarnya.   

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)