Terapi penggantian hormon atau Hormone Replacement Therapy (HRT) kepada perempuan yang memasuki masa menopause harus di lakukan di bawah pengawasan dokter mengingat sifatnya yang sangat individual.
Menopause merupakan proses alami dalam fase kehidupan perempuan. Menopause terjadi pada saat kadar estrogen turun dan haid berhenti. Ini adalah fase transisi besar bagi sebagian wanita yang tidak hanya menyangkut gejala fisik dan psikologik, tetapi juga masalah pemi lihan terapi keluhan dan gejala.
Secara umum sebagian besar perem puan mulai memasuki masa menopause pada usia 49-52 tahun.
Mengacu hasil penelitian bahwa usia harap an hidup perempuan Indonesia bertambah menjadi rata-rata 69 tahun, maka sekitar 20-30 tahun atau sepertiga lama hidupnya, perempuan dalam keadaan
menopause.
Menurut dr. Boy Abidin, Sp.OG, menopause alami terjadi secara bertahap. Yaitu terdiri dari Pra menopause, yang merupakan fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Kemudian Peri menopause, yaitu fase peralihan antara pra menopause dan pasca menopause. Dan terakhir Menopause itu sendiri yang merupakan haid alami terakhir yang diakibatkan menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh.
Biasanya, selama masa itu muncul berbagai gejala seperti menurunnya daya tahan, imunitas tubuh, dan munculnya gejala klinis penyakit yang biasanya bersifat degenaratif. dr. Boy Abidin mengingatkan, terapi hormon pengganti hanya dianjurkan bila menopouse mengganggu kegiatan sehari-hari perempuan yang bersangkutan.
“Kalau keluhan sudah sering dirasakan dan sangat berat, serta sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, dokter akan menganjurkan terapi, tetapi tidak semua perempuan dibolehkan melakukan terapi ini,” katanya.
Terapi penggantian hormon atau Hormone Replacement Therapy(HRT) kepada pe rempuan yang memasuki masa menopause harus dilakukan di bawah pengawasan dokter mengingat sifatnya yang sangat individual. “HRT sangat individual dimana dosis yang dibutuhkan satu perempuan berbeda dengan perempuan lain.
Sehingga tidak dianjurkan tanpa pengawasan dokter,” kata dr. Boy Abidin, spesialis kebidanan dan penyakit kandungan RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.
dr. Boy Abidin menambahkan, perempuan dengan latar belakang keluarga yang pernah menderita kanker tidak dianjurkan. “Jika ada anggota keluarga yang pernah menderita tumor atau kanker jenis apapun, HRT tidak dianjurkan. Selain itu, Hormone Replacement Therapyjuga memiliki kontra indikasi terhadap kerja hati dan ginjal,” katanya.
Menopause merupakan proses alami dalam fase kehidupan perempuan. Menopause terjadi pada saat kadar estrogen turun dan haid berhenti. Ini adalah fase transisi besar bagi sebagian wanita yang tidak hanya menyangkut gejala fisik dan psikologik, tetapi juga masalah pemi lihan terapi keluhan dan gejala.
Secara umum sebagian besar perem puan mulai memasuki masa menopause pada usia 49-52 tahun.
Mengacu hasil penelitian bahwa usia harap an hidup perempuan Indonesia bertambah menjadi rata-rata 69 tahun, maka sekitar 20-30 tahun atau sepertiga lama hidupnya, perempuan dalam keadaan
menopause.
Menurut dr. Boy Abidin, Sp.OG, menopause alami terjadi secara bertahap. Yaitu terdiri dari Pra menopause, yang merupakan fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik. Kemudian Peri menopause, yaitu fase peralihan antara pra menopause dan pasca menopause. Dan terakhir Menopause itu sendiri yang merupakan haid alami terakhir yang diakibatkan menurunnya fungsi estrogen dalam tubuh.
Biasanya, selama masa itu muncul berbagai gejala seperti menurunnya daya tahan, imunitas tubuh, dan munculnya gejala klinis penyakit yang biasanya bersifat degenaratif. dr. Boy Abidin mengingatkan, terapi hormon pengganti hanya dianjurkan bila menopouse mengganggu kegiatan sehari-hari perempuan yang bersangkutan.
“Kalau keluhan sudah sering dirasakan dan sangat berat, serta sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, dokter akan menganjurkan terapi, tetapi tidak semua perempuan dibolehkan melakukan terapi ini,” katanya.
Terapi penggantian hormon atau Hormone Replacement Therapy(HRT) kepada pe rempuan yang memasuki masa menopause harus dilakukan di bawah pengawasan dokter mengingat sifatnya yang sangat individual. “HRT sangat individual dimana dosis yang dibutuhkan satu perempuan berbeda dengan perempuan lain.
Sehingga tidak dianjurkan tanpa pengawasan dokter,” kata dr. Boy Abidin, spesialis kebidanan dan penyakit kandungan RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.
dr. Boy Abidin menambahkan, perempuan dengan latar belakang keluarga yang pernah menderita kanker tidak dianjurkan. “Jika ada anggota keluarga yang pernah menderita tumor atau kanker jenis apapun, HRT tidak dianjurkan. Selain itu, Hormone Replacement Therapyjuga memiliki kontra indikasi terhadap kerja hati dan ginjal,” katanya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)