Senin, 06 Oktober 2014

Terapi Hormon pada Masa Menopause

Terapi penggantian hormon atau Hormone Replacement Therapy (HRT) kepada perempuan yang memasuki masa menopause harus di lakukan di bawah pengawasan dokter  mengingat sifatnya yang sangat  individual.

Menopause merupakan proses alami dalam fase kehidupan perempuan. Menopause terjadi pada saat kadar estrogen turun dan haid berhenti. Ini adalah fase transisi besar bagi sebagian wanita yang  tidak hanya  menyangkut  gejala  fisik  dan  psikologik, tetapi juga masalah pemi  lihan terapi keluhan dan gejala.

Secara umum sebagian besar perem  puan mulai  memasuki masa menopause pada usia 49-52 tahun.
Mengacu hasil penelitian bahwa usia harap an hidup perempuan Indonesia bertambah menjadi rata-rata 69 tahun, maka sekitar 20-30 tahun atau sepertiga lama hidupnya, perempuan dalam keadaan
menopause.

Menurut dr. Boy Abidin, Sp.OG, menopause alami terjadi secara bertahap. Yaitu terdiri dari Pra  menopause, yang merupakan fase antara usia 40 tahun dan dimulainya fase klimakterik.  Kemudian Peri menopause, yaitu fase peralihan antara pra menopause dan pasca menopause. Dan terakhir Menopause itu sendiri yang merupakan haid alami terakhir yang  diakibatkan  menurunnya fungsi  estrogen dalam  tubuh.

Biasanya, selama masa itu muncul berbagai gejala  seperti menurunnya daya tahan,  imunitas tubuh, dan  munculnya gejala klinis  penyakit yang biasanya  bersifat  degenaratif. dr. Boy Abidin mengingatkan, terapi hormon pengganti hanya dianjurkan bila menopouse mengganggu kegiatan sehari-hari perempuan yang bersangkutan.

“Kalau keluhan sudah sering dirasakan dan sangat berat, serta sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, dokter akan menganjurkan terapi, tetapi tidak semua perempuan dibolehkan melakukan terapi ini,” katanya.

Terapi penggantian hormon atau  Hormone  Replacement Therapy(HRT) kepada  pe rempuan yang memasuki masa menopause harus dilakukan di bawah pengawasan  dokter mengingat sifatnya yang sangat individual. “HRT sangat individual dimana dosis yang dibutuhkan satu  perempuan berbeda  dengan perempuan lain.

Sehingga tidak dianjurkan tanpa pengawasan dokter,” kata dr. Boy Abidin,  spesialis kebidanan dan penyakit kandungan RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.

dr. Boy Abidin  menambahkan, perempuan  dengan  latar belakang keluarga yang  pernah  menderita kanker tidak  dianjurkan. “Jika ada  anggota keluarga yang  pernah menderita tumor atau kanker jenis apapun, HRT tidak  dianjurkan. Selain itu,  Hormone Replacement Therapyjuga memiliki kontra indikasi terhadap kerja hati dan ginjal,”  katanya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)