Di masa lalu, operasi bedah terbuka (open surgery) akan meninggalkan bekas luka yang tidak bagus. Dengan teknik laparoskopi, luka operasi menjadi sangat minimal dan menguntungkan dari sisi kosmetik.
Di bidang bedah umum, teknik bedah minimal invasif sedemikian berkembangnya, sehingga penggunaannya pun sangat beragam, baik untuk diagnostik maupun tindakan operasi. Sebut saja usus buntu, perlengketan usus, cholecystectomy (pengangkatan kantong empedu), hingga hernia dan radang akibat batu empedu. Bahkan, untuk kasus-kasus berat seperti tumor/kanker usus besar. Di bidang bedah digestif, juga sama.
Bidang medis yang secara spesifik menangani kasus-kasus saluran pencernaan, seperti usus besar, lambung, pankreas hingga kerongkongan, ini juga sangat terbantu dengan hadirnya bedah minimal invasif, khususnya teknik laparoskopi. “Dengan teknik ini, dokter bedah dapat langsung melihat isi rongga perut dengan jelas dan langsung melakukan penanganan secara tepat sasaran, tanpa harus membuat luka sayatan yang besar,” kata dr. Benny Philippi, Spesialis Bedah Digestive di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.
“Jadi, ketakutan itu harus dibuang jauh-jauh. Karena bedah minimal invasif pada rongga perut ini merupakan teknik operasi menggunakan sistem endokamera, pneumoperitoneum(mengisi rongga perut dengan gas) dan instrumen khusus di dalam rongga perut melalui layar monitor tanpa melihat dan menyentuh langsung organ yang dioperasi. Teknik ini mulai dikembangkan sejak awal abad ke 20. Di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1991,” kata dr. Budi SH Gultom SpBU, dokter spesialis bedah umum di RS. Mitra Keluarga Cikarang.
Dengan kemampuannya itu, dokter bedah bisa sekaligus melihat penyakit-penyakit yang mungkin menjangkiti pasien di dalam rongga perutnya. Misal, ketika melakukan operasi usus buntu terhadap pasien, terlihat ada bakat hernia di sana. “Kalau sudah begini, biasanya dokter bedah akan mengkonsultasikannya kepada keluarga atau wakil dari pasien. ‘Ini ada bakat hernia yang pasti bakal muncul. Mau sekalian di repair tidak’. Kalau keluarga pasien setuju, ya kita lakukan operasinya sekalian,” ungkapnya.
Bicara mengenai hernia, timpal dr. Julius Lumenta, SpB, Spesialis Bedah Umum RSMK Cibubur, memang cenderung menyerang laki-laki, namun juga banyak dialami wanita, anak-anak, bahkan balita. Tapi tak usah khawatir, “Dengan teknik laparoskopi, kita di Mitra Keluarga cuma butuh waktu paling lama 1,5 jam, tergantung tingkat penyakitnya,” ujar dr. Julius. Bahkan, sambungnya, dengan penggunaan jala sintetis yang disebut mesh, pasien paskaoperasi tak akan merasa nyeri seperti biasa dikeluhkan pasien paskaoperasi hernia.
Dalam perkembangannya, teknik minimal invasif juga dikenal sebagai bandaid surgery atau keyhole surgery (bedah lubang kunci). Disebut operasi lubang kunci karena dilakukan hanya melalui satu lubang kecil berukuran 0,5 – 1,5 cm. “Teknik ini, sudah dilakukan di Rumah Sakit Mitra Keluarga, mulai dari tindakan diagnostik untuk melihat adanya perdarahan di rongga perut hingga pengangkatan kandung empedu maupun penanganan tumor/kanker usus,” sebut dr. Ferdy Limengka.
Lebih dari itu, kata dr. Ferdy, seorang ahli bedah cukup membuat satu sayatan kecil saja. Teknik ini dikenal dengan istilah SILS (single incision laparoscopic surgery). Menurutnya, untuk laparoskopi usus buntu yang standarnya tiga lubang, di RS Mitra Keluarga sudah jauh lebih berkembang. “Kita cuma butuh satu lubang saja. Atau laparoskopi dengan single hole,” urainya. Bahkan, tak usah heran jika luka operasi bisa dibuat tidak tampak. “Jadi usus buntu itu bisa mulus sekali. Hal ini tentu sangat bermanfaat dari sisi kosmetik, terutama bagi kaum wanita, karena tetap menjaga keindahan kulit di sekitar perut,” jelasnya, sambil tersenyum.
Masih seperti kata dr. Ferdy, saat ini sudah ada teknologi operasi sejenis untuk melihat rongga dada. Rongga dada yang dimasa lalu harus dilakukan operasi terbuka (rongga dada terbuka lebar) sekarang dengan teknik yang mirip laparoskopi atau disebut thoracoscopy/bronchoscopy. “Jadi, kita bikin luka kecil untuk mengintip ke dalam rongga dada, lalu kalau ada masalah atau ada yang bocor dan sebagainya akan segera diobati sekaligus,” paparnya, seraya menyebutkan bahwa RS Mitra Keluarga cukup inovatif di bidang operasi bedah minimal invasif. Salah satu teknik yang tengah dikembangkan adalah operasi kelenjar gondok. “Kalau di perut kan laparoskopi. Kalau di daerah thoraks itu namanya thoracoscopy. Nah untuk kelenjar gondok namanya endosurgery thyroid. Lukanya tidak di leher lagi, tetapi diambil dari ketiak. Jadi, semua memang arahnya ke kosmetik,” jelasnya.
Di bidang bedah umum, teknik bedah minimal invasif sedemikian berkembangnya, sehingga penggunaannya pun sangat beragam, baik untuk diagnostik maupun tindakan operasi. Sebut saja usus buntu, perlengketan usus, cholecystectomy (pengangkatan kantong empedu), hingga hernia dan radang akibat batu empedu. Bahkan, untuk kasus-kasus berat seperti tumor/kanker usus besar. Di bidang bedah digestif, juga sama.
Bidang medis yang secara spesifik menangani kasus-kasus saluran pencernaan, seperti usus besar, lambung, pankreas hingga kerongkongan, ini juga sangat terbantu dengan hadirnya bedah minimal invasif, khususnya teknik laparoskopi. “Dengan teknik ini, dokter bedah dapat langsung melihat isi rongga perut dengan jelas dan langsung melakukan penanganan secara tepat sasaran, tanpa harus membuat luka sayatan yang besar,” kata dr. Benny Philippi, Spesialis Bedah Digestive di RS Mitra Keluarga Kelapa Gading.
“Jadi, ketakutan itu harus dibuang jauh-jauh. Karena bedah minimal invasif pada rongga perut ini merupakan teknik operasi menggunakan sistem endokamera, pneumoperitoneum(mengisi rongga perut dengan gas) dan instrumen khusus di dalam rongga perut melalui layar monitor tanpa melihat dan menyentuh langsung organ yang dioperasi. Teknik ini mulai dikembangkan sejak awal abad ke 20. Di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1991,” kata dr. Budi SH Gultom SpBU, dokter spesialis bedah umum di RS. Mitra Keluarga Cikarang.
Dengan kemampuannya itu, dokter bedah bisa sekaligus melihat penyakit-penyakit yang mungkin menjangkiti pasien di dalam rongga perutnya. Misal, ketika melakukan operasi usus buntu terhadap pasien, terlihat ada bakat hernia di sana. “Kalau sudah begini, biasanya dokter bedah akan mengkonsultasikannya kepada keluarga atau wakil dari pasien. ‘Ini ada bakat hernia yang pasti bakal muncul. Mau sekalian di repair tidak’. Kalau keluarga pasien setuju, ya kita lakukan operasinya sekalian,” ungkapnya.
Bicara mengenai hernia, timpal dr. Julius Lumenta, SpB, Spesialis Bedah Umum RSMK Cibubur, memang cenderung menyerang laki-laki, namun juga banyak dialami wanita, anak-anak, bahkan balita. Tapi tak usah khawatir, “Dengan teknik laparoskopi, kita di Mitra Keluarga cuma butuh waktu paling lama 1,5 jam, tergantung tingkat penyakitnya,” ujar dr. Julius. Bahkan, sambungnya, dengan penggunaan jala sintetis yang disebut mesh, pasien paskaoperasi tak akan merasa nyeri seperti biasa dikeluhkan pasien paskaoperasi hernia.
Dalam perkembangannya, teknik minimal invasif juga dikenal sebagai bandaid surgery atau keyhole surgery (bedah lubang kunci). Disebut operasi lubang kunci karena dilakukan hanya melalui satu lubang kecil berukuran 0,5 – 1,5 cm. “Teknik ini, sudah dilakukan di Rumah Sakit Mitra Keluarga, mulai dari tindakan diagnostik untuk melihat adanya perdarahan di rongga perut hingga pengangkatan kandung empedu maupun penanganan tumor/kanker usus,” sebut dr. Ferdy Limengka.
Lebih dari itu, kata dr. Ferdy, seorang ahli bedah cukup membuat satu sayatan kecil saja. Teknik ini dikenal dengan istilah SILS (single incision laparoscopic surgery). Menurutnya, untuk laparoskopi usus buntu yang standarnya tiga lubang, di RS Mitra Keluarga sudah jauh lebih berkembang. “Kita cuma butuh satu lubang saja. Atau laparoskopi dengan single hole,” urainya. Bahkan, tak usah heran jika luka operasi bisa dibuat tidak tampak. “Jadi usus buntu itu bisa mulus sekali. Hal ini tentu sangat bermanfaat dari sisi kosmetik, terutama bagi kaum wanita, karena tetap menjaga keindahan kulit di sekitar perut,” jelasnya, sambil tersenyum.
Masih seperti kata dr. Ferdy, saat ini sudah ada teknologi operasi sejenis untuk melihat rongga dada. Rongga dada yang dimasa lalu harus dilakukan operasi terbuka (rongga dada terbuka lebar) sekarang dengan teknik yang mirip laparoskopi atau disebut thoracoscopy/bronchoscopy. “Jadi, kita bikin luka kecil untuk mengintip ke dalam rongga dada, lalu kalau ada masalah atau ada yang bocor dan sebagainya akan segera diobati sekaligus,” paparnya, seraya menyebutkan bahwa RS Mitra Keluarga cukup inovatif di bidang operasi bedah minimal invasif. Salah satu teknik yang tengah dikembangkan adalah operasi kelenjar gondok. “Kalau di perut kan laparoskopi. Kalau di daerah thoraks itu namanya thoracoscopy. Nah untuk kelenjar gondok namanya endosurgery thyroid. Lukanya tidak di leher lagi, tetapi diambil dari ketiak. Jadi, semua memang arahnya ke kosmetik,” jelasnya.
Tidak ada komentar :
Posting Komentar
Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)