Senin, 13 Oktober 2014

Siapa Bilang Epilepsi Tidak Bisa Disembuhkan?

Iklan layanan masyarakat mengenai epilepsi yang secara rutin ditayangkan di televisi era 90-an Yuk berbunyi "Yuk Di, kita main bola lagi,”ternyata tidak sampai pesannya. Hingga saat ini, masih berkembang stigma negatif yang sangat merugikan bagi penderita epilepsi.

Kendati sosialisasi melalui iklan layanan masyarakat yang menggambarkan bahwa epilepsi bukanlah momok menakutkan sebagai penyakit menular yang tidak bisa disembuhkan, namun anggapan masyarakat terhadap penyakit ini tetap masih negatif. Padahal, sosialisasi itu bertujuan memberikan penyuluhan kepada masyarakat awam, bahwa epilepsi bisa disembuhkan, sehingga penderitanya tetap dapat beraktifitas seperti orang kebanyakan dan tidak perlu malu dengan keadaan.

Tapi itulah, kenyataannya, iklan layanan masyarakat mengenai epilepsi yang ditayangkan secara rutin (terus menerus) di televisi pada era90-an itu ternyata belum sepenuhnya dimengerti oleh masyarakat. Anggapan yang salah dan melihat epilepsi sebagai bentuk dari penyakit sawanatau kekuatan gaib, ke surupan, kemasukan roh jahat, kutukan Tuhan, bahkan dianggap sebagai penyakit menular yang membahayakan, masih berkembang di masyarakat. Itulah mitos negatif yang justru memojokkan penderita epilepsi. Lebih celaka lagi,ketika melihat seorang penderita terserang epilepsi, bukannya ditolong dengan cepat tetapi malah dihindari.

“Padahal,  semua  itu  merupakan  mitos  yang  mengakibatkan penderita epilepsi semakin dikucilkan. Fenomena tersebut terlihat  pada masih  banyaknya kejadian-kejadian pada penderita yang mendapatkan serangan epilepsi, namun tidak segera ditolong dengan cepat. Padahal ini bisa berakibat fatal,” ujar dr. CH Robert Loho, SpS, dokter spesialis penyakit di Rumah Sakit Mitra Keluarga (RSMK) Bekasi.

Menurutnya, epilepsi merupakan  suatu  deficit neurologi atau gangguan fungsi otak yang terjadi akibat proses lepasnya muatan listrik(overdischarge) pada sel otak (neuron). Akibat gangguan pada muatan sel otak tersebut, bisa tampak (manifestasi)  sebagai  berbagai macam gejala yang timbul sesuai dengan daerah otak yang terganggu, yang dapat bersifat secara berselang sebentar- sebentar  (inter mittent) atau berulang. “Misalnya, ketika daerah otak yang terkena adalah daerah pusat kesadaran, maka gejala yang timbul adalah bengong/lena sesaat(petit mal). Namun jika yang terkena adalah daerah motorik, maka gejala yang timbul adalah kejang (grand mal). Nah, bentuk manifestasi kejang inilah yang paling banyak terjadi dan dikenal oleh masyarakat luas, walaupun tidak semua kejang berarti epilepsi,”jelas dokter yang mengambil spesialisasi syaraf di Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro di tahun 1994 ini.

Bukan Penyakit Menular
Catat nih, epilepsi merupakan penyakit yang umum terjadi didunia. Di Inggris, 1 dari 131 penduduk menderita epilepsi. Sementara di Indonesia, diperkirakan 5 – 10 per mil penduduk menderita epilepsi, atau sekitar 1,2 – 2,4 juta penduduk Indonesia adalah penderita epilepsi.Namun, meski faktanya demikian, masyarakat tidak perlu takut bahwa epilepsi merupakan penyakit menular. “Karena epilepsi bukanlah penyakit menular. Bukan pula penyakit keturunan (herediter), walaupun dapat disebabkan oleh faktor kelainan genetik.Hingga saat ini, faktor keturunan masih dalam penelitian pihak medis, dan masih ditelusuri,” kata alumni Fakultas Kedokteran Unika Atmajaya tahun 1979 ini, tegas.

Sembuh Sempurna
Epilepsi bisa sembuh sempurna hingga 50% dan tidak kambuh lagi. “Ini jika penderita disiplin minum obat dan tidak pernah  kejang  selama 2 tahun.  Inilah yang saya sebut dengan sembuh sempurna. Namun, tentu saja si pasien harus ditangani oleh dokter yang tepat,” ujar ayah dari2anak ini. Hanya saja, prosedur penyembuhannya memang cukup panjang. Sebelum melakukan tindakan pengobatan, diagnosa epilepsi harus ditegakkan terlebih dahulu dengan mendapatkan  informasi riwayat kejang dan beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan EEG(Electroencephalo graphy), CT-scan, MRI, PET (Positron Emission  Tomography) atau SPECT (Single Positron Emission ComputerizedTomography) dan angiography. “Ini semua akan kami jelaskan ke ke  luarga pasien. Jadi pemeriksaannya  cukup  banyak, apalagibila si pasien terlalu sering mengalami kejang-kejang,” urainya.

“Kalau serangan kejangnya baru, tindakan pertama sebelum dibawa ke dokter sebaiknya selamatkan pasien dengan melakukan antisipasi memperbaiki jalan napas. Miringkan kepalanya dan usahakan air liurnya tidak masuk ke saluran napas. Karena serangan  ini nggak lama. Sekitar 2-3 menit,” sambung dr. Robert Loho. Untuk pengobatannya sendiri, terutama pasien kejang yang frekuensinya sering harus dilakukan secara intensif, minimal selama 2 tahun. “Setelah melewati masa 2 tahun dan tidak pernah kejang-kejang lagi, barulah si pasien bisa dikatakan bebas kejang. Bahkan sembuh sempurna,” ungkap dokter kelahiran Poso, Sulawesi Tengah, 18 Agustus ini.

Nah kan, ternyata epilepsi bisa disembuhkan bukan?

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)