Kamis, 02 Oktober 2014

Meningkatkan Derajat Kesehatan dengan Sports Therapy

Mitos bahwa olahraga itu harus bisa membuat tubuh menjadi lelah, dan pegal memang masih dipercaya oleh banyak orang. Konon, kondisi tubuh seperti itu setelah berolahraga mengindikasikan terlihatnya manfaat dari aktivitas tersebut.

Padahal, olahraga yang berlebihan atau dipaksakan justru akan mengganggu kesehatan dan bisa berakibat fatal. Apalagi bagi seseorang yang ternyata mengidap penyakit tertentu, seperti jantung dan pembuluh darah atau diabetes

Memang, olahraga adalah sebuah kegiatan  yang bisa berat, tapi sekaligus juga mudah. Namun, kita harus tahu dulu kebutuhan olahraga itu untuk apa. Untuk meningkatkan derajat kesehatan, prestasi, atau sekedar fun?

Aktivitas fisik itu sendiri banyak jenisnya. Ada olahraga bagi penderita jantung, penderita osteoporosis, penderita diabetes, dan sebagainya. Nah, dari pembagian jenis olahraga itulah kita bisa menetapkan untuk apa sebenarnya seseorang harus melakukan olahraga. Paling tidak, akan lebih mudah bagi seseorang untuk melakukan kegiatan olahraga pilihannya secara tertib. Hanya saja, khusus untuk penderita suatu penyakit, tentu harus melalui konsultasi dokter terlebih dahulu.

Olahraga untuk kesehatan harus sesuai dengan batas kemampuan dan bukan di paksakan. Itu sebabnya, memberikan pola dan porsi latihan yang tepat untuk masing-masing orang selalu berbeda.
Untuk tujuan kesehatan sangat jauh berbeda dengan olah raga untuk tujuan meraih prestasi.

Proses yang baik, benar dan terukur sangat penting diperhatikan dalam berolahraga karena akan sangat terkait dengan pencapaian hasil yang memuaskan. Karena itulah, dibutuhkan suatu terminologi olahraga yang diukur melalui berbagai faktor, mulai dari usia, kondisi dan kemampuan fisik, kualitas organ-organ tubuh, serta intensitasnya.

Semua itu harus disesuaikan sebelum melakukan latihan. Sports therapy adalah kata kuncinya. Melalui sports therapy seseorang akan menjadi tahu kondisi tubuh dia yang sebenarnya dan olahraga apa yang cocok dilakoni. Selain bisa membantu proses penyembuhan suatu  penyakit, sports therapy diyakini pula bisa meningkatkan derajat kesehatan.

Pelatihan sport therapy diterapkan dengan menggunakan monitor jantung guna  meng ukur dan mengatur denyutan yang masih diijinkan bagi pasien untuk melakukan aktifitas olahraga. Sementara bagi pasien yang pernah mengalami serangan jantung dan pernah di rawat, penanganannya akan dibantu oleh dokter spesialis jantung dan bagian rehabnya.

Bagi pasien yang pernah mengalami serangan jantung, sports therapy sangat perlu dilakukan untuk mengetahui derajat kemampuannya dalam melakukan aktifitas olahraga dan olahraga yang tepat buat dia. Paling tidak, sports therapy bisa menjadi olahraga buatnya karena aktifitasnya lebih banyak bersifat terapi.

Selain gerakan aerobik, sports therapy juga memperhatikan intensitas denyut jantung maksimal guna mengetahui kemampuannya berolahraga, serta faktor usia. Malah bagi pengidap penyakit tertentu, obat-obatan yang harus dikonsumsi, jumlah dan frekuensinya pun  harus  disesuaikan  sehingga  aktifitas  ini mampu meningkatkan derajat kesehatan bagi upaya penyembuhan penyakitnya. Ini yang tidak dimiliki oleh sekedar senam aerobik, tetapi sports therapy terukur dan menggunakan alat ukur.

Yang pasti, sports therapy adalah terapi untuk menentukan olahraga terukur dan teratur untuk kondisi dan individu  tertentu. Dengan sports therapy akan diketahui sudut paling bagus untuk melakukan sit up bagi seseorang. Apalagi, ukuran yang di miliki masing-masing orang belum tentu sama. Jadi, tidak bisa di-push terlalu berat, karena akibatnya bisa fatal.

Persiapan sebelum melakukan sports therapy

Pertama, ketahui tinggi badan Anda.
Tujuannya untuk membantu menentukan berat badan ideal berdasarkan perhitungan yang biasa digunakan yaitu berat badan
(kg) = (tinggi badan - 100) x 0,9.

Kedua, tentukan target penurunan berat badan.
Idealnya berat badan yang turun dalam waktu sebulan dengan
sport therapy sekitar 3-4 kg, jika terlalu berlebihan akan berdampak buruk terhadap kesehatan.

Ketiga, ukur tekanan darah
Hal ini untuk mencegah terjadinya gangguan pada jantung  ataupun pembuluh darah. Seseorang dengan tekanan darah  sistolik mencapai 180 mmHg sebaiknya tidak melakukan latihan berlebihan,
karena resikonya terhadap gangguan kesehat an akan sangat besar. Untuk kasus seperti ini, akan lebih baik jika hipertensinya diobati terlebih dahulu

Keempat, ketahui kondisi fisik anda.
Mulai dengan mengukur perut, pinggul, paha, lengan hingga jepit lapisan kulit dan lemak (skinfold caliper). Sehingga hasil  yang diperoleh akan lebih objektif, tidak berdasarkan perasaan atau subjektif.

Kelima, Perhatikan zona denyut jantung selama latihan

Demikian artikel kesehatan tentang sport therapy, smoga bisa membantu anda memahami manfaatnya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)