Selasa, 21 Oktober 2014

Anak Anda Mengalami Kesulitan Belajar? Ini solusinya

Diagnosis gangguan belajar ditegakkan bila hasil yang dicapai di bidang membaca, matematik, atau menulis di bawah hasil yang semestinya dapat dicapai sesuai dengan tingkat usia, akademik, dan inteligensinya (DSMIVTR). Sebagai gambaran, di Amerika Serikat, 5% murid di sekolah umum mengalami kesulitan belajar. Hampir 40%di antaranya drop out (1,5 X populasi umum).

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi saat seseorang (anak, remaja, dewasa) mempunyai prestasi akademik buruk—berada di bawah rata-rata kemampuan optimalnya—dengan kata lain ada perbedaan (discrepancy) antara prestasi yang seharusnya ia bisa capai dengan prestasinya saat ini. Problematika belajar sangat erat kaitannyadengan pencapaian hasil akademik dan aktivitas sehari-hari. Misalnya, seorang anak sd kelas 1 dengan iQ139. bacaannya sehari-hari ensiklopedi anak-anak. tapi prestasi di kelas sangat buruk. ia tidak dapatkonsentrasi dan sangat hiperaktif, sehingga tugas yang diberikan guru sering tidak dikerjakan hingga tuntas.nilai yang diperoleh sangat rendah. akhirnya tidak naik kelas.

Penyebab Anak Mengalami Kesulitan Belajar
Penyebab pasti kesulitan belajar belum diketahui. banyak penyebab (multifaktorial) yang bisa menimbulkannya, namun kita bisa membaginya dalam dua bagian: internal dan eksternal. Faktor internal (dari dalam anak itusendiri) bisa berupa kecerdasan yang tidak sesuai dengan usia biologisnya (iQ-borderline 80-90; retardasi mental – iQ < dari 70). bisa pula karena kondisi fisik; bisa bawaan/didapat: genetik; kematangan biologis sistemsaraf pusat; gangguan pranatal/sebelum
kelahiran (kelainan kromosom dan genetik, obat-obatan teratogenik,stres maternal/saat ibu hamil, penyakit yang diderita ibu hamil, pemakaian alkohol dan rokok saathamil); gangguan perinatal/masa sekitar kelahiran (proses kelahiran lama dan sulit, infeksi otak karena virus/bakteri, penyakit kronik, kejang/epilepsi, gangguan gizi pada anak; kondisi neurologis dan medis lain.

Kondisi psikis juga bisa sangat mempengaruhi, seperti belum tercapainya kesiapan belajar (learning readiness)pada anak–anak yang belum siap belajar (bila dipaksa belajar dengan tekanan/kekerasan dapat menimbulkan trauma belajar di kemudian hari); gangguan perkembangan spesifik membaca (disleksia), berhitung (diskalkulia),menulis (disgrafia); gangguan Pemusatan Perhatian dan hiperaktivitas (gPPh)/adhd(attention deficitand/hyperactivity disorder); gangguan spektrum autistik; gangguan cemas; gangguan mood (depresi, gangguanbipolar masa kanak); ketergantungan zat/narkoba; serta Ptsd(Post traumatic stres disorder = gangguan stres pasca trauma).

Sementara, faktor eksternal (dari luar/lingkungan) dapat berupa pola asuh yang tidak tegas dan konsisten diantaraorangtua dan pengasuh lain di rumah yang akan membuat kebingungan pada anak; ketidakharmonisan keluarga;pembiasaan yang kurang menyenangkan dalam proses belajar; atau tidak adanya ‘idola’ yang positif dalam kehidupan anak sehingga tidak ada contoh yang dapat ditiru/diteladani (misal guru, ayah, ibu, tokoh-tokoh lain).

Cara pendidikan yang salah (bisa berasal dari kurikulum yang tidak sesuai dengan perkembangan usia anak); caraguru mengajar yang tidak benar; suasana tempat belajar yang tidak mendukung; atau teman yang bersikap negatifterhadap anak (bullying) juga sangat mempengaruhi gangguan belajar.

Solusi Kesulitan Belajar pada Anak
Solusi permasalahan belajar bersifat sangat individual, tergantung kondisi yang mendasarinya. diperlukan kerjasama antara orangtuaguru-dokter-terapis untuk menanggulanginya. selain itu, ada beberapa terapi yang bisa diberikan kepada anak, antara lain terapi remedial (untuk memperbaiki konsep belajar pada anak), okupasi (untuk memperbaiki motorik halusnya, contohnya agar anak terampil dalam menulis, menggambar dan memegang pensil dengan baik), sensori integrasi (untuk mengatur sensorik-motorik anak agar seimbang dan dapat berfungsi sesuai denganusianya), terapi wicara (apabila ada masalah dalam perkembangan berbahasa, gangguan artikulasi/cadel),terapi medikasi (bila diperlukan sesuai dengan kondisi gangguan yang ada), dan konselingkeluarga (termasuk edukasi orangtua mengenai kondisi anak, agar orangtua dapat memahami gangguan yang terjadi pada anaknya dengan baik sehingga dapat menerima anak apa adanya)

Dr. Ika Widyawati, Sp.KJ (K)
Psikiater Anak & Remaja

Tidak ada komentar :

Posting Komentar

Terima kasih sudah meluangkan waktu anda untuk memberikan komentar :)